
Pantau - Di tengah suasana mencekam yang menyelimuti Tepi Barat, militer Israel meluncurkan serangkaian penggerebekan yang mengguncang sejumlah kota pada Senin (4/11/2024) pagi. Dari balik bayang-bayang kekerasan, 12 warga Palestina ditangkap, termasuk seorang anak, menambah daftar panjang pengorbanan dalam konflik yang tak kunjung reda.
Di Betlehem, Hebron, Nablus, Qalqilya, dan Ramallah, para tentara Israel merangsek masuk dengan kekuatan penuh. Suara tembakan dan teriakan menggema di jalanan, sementara keluarga yang terjebak di antara ketegangan hanya bisa menyaksikan dengan cemas.
Penggerebekan ini tidak hanya berakhir dengan penangkapan, tetapi juga membawa dampak psikologis yang mendalam. Dalam laporan dari Komisi Urusan Tahanan dan Masyarakat Tahanan Palestina, para tahanan mengalami penyiksaan, ancaman, dan perusakan harta benda di rumah mereka.
Situasi semakin kritis. Jumlah total warga Palestina yang ditangkap militer Israel di Tepi Barat sejak Oktober 2023, kini melampaui angka 11.600, termasuk mereka yang telah dibebaskan setelah ditangkap. Angka ini tak menghitung ribuan lainnya yang ditangkap di Jalur Gaza, menciptakan gambaran kelam dari sebuah wilayah yang terperosok dalam kekacauan.
Baca juga: Kehancuran UNRWA di Tepi Barat, Pengungsi Dihantui Ketidakpastian
Sementara itu, di balik angka-angka tersebut, ada banyak cerita keluarga yang hancur. Seorang ibu menunggu dengan gelisah di depan pintu, berharap anaknya akan kembali. Seorang ayah meratapi putranya yang tak pulang setelah penggerebekan. Ketidakpastian ini menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari mereka, ditambah dengan serangan kekerasan yang semakin meningkat dari pemukim ilegal Israel.
Sejak konflik ini meningkat, setidaknya 768 warga Palestina tewas dan lebih dari 6.300 lainnya terluka akibat serangan militer. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Palestina mencatat angka yang mencengangkan ini, seolah memberikan suara bagi mereka yang tidak bisa berbicara.
Di tengah kekacauan, muncul suara dari Mahkamah Internasional (ICJ) yang menyatakan pendudukan Israel selama beberapa dekade di tanah Palestina sebagai tindakan ilegal. Suara ini menggema di kalangan masyarakat internasional, menyerukan pengosongan semua pemukiman di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.
Ketegangan di Tepi Barat tak menunjukkan tanda-tanda mereda. Setiap hari, harapan akan perdamaian tampak semakin jauh, terhalang oleh kekerasan yang terus berlanjut. Di balik setiap penangkapan, ada kisah-kisah kehidupan yang terguncang, dan di balik setiap statistik, ada jiwa-jiwa yang merindukan kedamaian.
Sumber: Anadolu
- Penulis :
- Khalied Malvino