
Pantau - Kekerasan pascapemilu di Mozambik menelan korban jiwa anak-anak. Human Rights Watch (HRW) pada Senin (25/11/2024) mengungkap, pasukan keamanan Mozambik membunuh sedikitnya 10 anak dan melukai puluhan lainnya.
“Seorang gadis 13 tahun terjebak dalam kerumunan orang yang melarikan diri dari gas air mata dan tembakan. Salah satu peluru mengenai lehernya, dan dia langsung jatuh ke tanah dan tewas seketika,” ungkap HRW dalam pernyataan resminya, melansir Arab News dan AFP.
Kerusuhan ini terjadi setelah Pemilu pada 9 Oktober 2024, yang dimenangkan partai penguasa Frelimo. Namun, hasil Pemilu ditolak oleh oposisi.
Unjuk rasa massal terjadi di berbagai penjuru. Polisi merespons dengan kekerasan, menembakkan gas air mata dan peluru tajam.
HRW mendokumentasikan 9 kasus tambahan anak-anak yang dibunuh dan sedikitnya 36 lainnya terluka akibat tembakan. Selain itu, ratusan anak ditahan tanpa pemberitahuan kepada keluarga mereka.
“Penahanan ini melanggar hukum hak asasi manusia internasional,” kata HRW.
Baca juga:
- Pilu Anak-anak Myanmar jadi Korban Utama Konflik dan Bencana
- Bungkamnya Dunia atas Kekerasan terhadap Anak di Gaza
Presiden Mozambik, Filipe Nyusi, mengatakan 19 orang tewas dalam bentrokan, termasuk 5 anggota polisi. Lebih dari 800 orang terluka, dengan 66 di antaranya adalah petugas keamanan. Namun, kelompok masyarakat sipil melaporkan angka korban lebih tinggi.
“Lebih dari 67 orang telah tewas sejak kerusuhan dimulai, dan sekitar 2.000 orang ditahan,” kata kelompok tersebut.
Nyusi, yang akan mundur Januari 2025, mengundang pemimpin oposisi Venancio Mondlane untuk berdialog. Mondlane, yang berada di urutan kedua dalam Pemilu, mengklaim dirinya sebagai pemenang sah dan mengorganisir sebagian besar protes.
Dia bersedia berdialog jika dilakukan secara virtual dan proses hukum terhadap dirinya dihentikan. Mondlane diyakini telah meninggalkan negara lantaran takut ditangkap atau diserang, namun keberadaannya belum diketahui.
HRW mengecam tindakan pasukan keamanan Mozambik. Mereka mendesak penghentian kekerasan terhadap warga sipil, terutama anak-anak.
Kerusuhan yang terus berlanjut ini menimbulkan ketakutan bertambahnya korban. Warga Mozambik berharap dialog antara pemerintah dan oposisi dapat mengakhiri kekacauan ini.
- Penulis :
- Khalied Malvino