
Pantau - Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan pada Minggu (8/12/2024) jika runtuhnya rezim Bashar al-Assad di Suriah bisa membuka peluang kesepakatan pertukaran sandera di Jalur Gaza.
Mengutip Anadolu, Senin (9/12/2024), Assad dan keluarganya kabur dari Suriah dan tiba di Moskow, di mana Rusia menawarkan suaka kepada mereka, setelah kelompok anti-rezim menguasai ibu kota Damaskus.
Kejadian ini menandai runtuhnya rezim Baath yang sudah berkuasa sejak 1963. Hal ini terjadi hampir sepekan setelah kelompok-kelompok anti-rezim mengambil alih Aleppo di utara Suriah.
Dalam percakapan dengan perwakilan keluarga sandera Israel, Netanyahu bilang kalau jatuhnya rezim Assad “sebagian besar hasil dari operasi tegas Israel terhadap Hizbullah dan Hamas,” menurut laporan dari Perusahaan Penyiaran Publik Israel.
Netanyahu juga bilang, dengan jatuhnya Assad, “bisa jadi ada peluang baru buat memperkuat kesepakatan untuk mengembalikan sandera dari Gaza.”
Saat ini, Israel memperkirakan ada 101 tahanan Israel yang masih ditahan di Gaza.
Meski ada upaya mediasi dari AS, Mesir, dan Qatar buat mencapai gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan, perundingan ini gagal karena Netanyahu menolak menghentikan konflik.
Sejak 7 Oktober 2023, Israel menjalankan perang di Gaza yang mengakibatkan lebih dari 44.600 orang tewas, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak.
Pada November 2024, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan (Menhan) Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga sedang menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas tindakannya di Gaza.
Baca juga:
- Penulis :
- Khalied Malvino
- Editor :
- Khalied Malvino