
Pantau - Setelah kalah dalam perkara besar di Pengadilan Banding Amerika Serikat untuk Distrik Columbia pekan lalu, TikTok kini semakin dekat untuk diblokir sepenuhnya di AS.
Jika aplikasi yang dimiliki oleh China ini gagal mendapatkan dukungan politik dari pemerintahan Trump yang baru pada 19 Januari mendatang, atau tidak ada pengalihan kepemilikan domestik, maka 170 juta pengguna TikTok di AS harus merelakan akses terhadap aplikasi populer ini.
Meski banyak yang menganggap tindakan pemerintahan Biden sebagai bentuk pelampauan, larangan TikTok di AS akan menjadi keputusan yang diinginkan banyak orang tua Amerika: pembatasan media sosial untuk anak-anak mereka. Tahun lalu, Kepala Ahli Bedah AS memperingatkan bahwa remaja yang menghabiskan lebih dari tiga jam per hari di media sosial menghadapi risiko dua kali lebih besar mengalami masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan.
Namun, melindungi anak-anak dari Silicon Valley (dan China) tidak sesederhana melarang aplikasi yang berbahaya. Hal ini sedang diuji di Australia, yang pada bulan lalu mengesahkan undang-undang bersejarah yang melarang media sosial untuk siapa pun yang berusia di bawah 16 tahun.
Baca juga: Jadwal FYP TikTok 2024 untuk Mengoptimalkan Konten
Aturan baru ini mengharuskan TikTok, Facebook, Snapchat, Reddit, X, dan Instagram untuk melarang akses anak-anak dan mengenakan denda hingga 50 juta AUD (sekitar 33 juta USD atau Rp.505.723.000) bagi perusahaan yang gagal membatasi akses anak-anak ke konten mereka. Pemerintah mendapatkan dukungan luas dari orang tua, dengan 77% warga Australia setuju dengan peraturan tersebut.
Namun, implementasi undang-undang ini tidak semudah yang dibayangkan. Lisa Given, seorang ahli studi informasi di Royal Melbourne Institute of Technology, mengatakan, "Banyak orang tua melihat ini sebagai upaya pemerintah, tetapi pertanyaannya adalah, 'Bagaimana cara menegakkan ini?'"
Tidak ada yang tahu pasti bagaimana larangan ini akan diterapkan. Pengguna media sosial mungkin diminta untuk login dengan ID yang dikeluarkan pemerintah, seperti SIM, atau lebih buruk lagi, perusahaan media sosial dapat menggunakan pengenalan wajah atau biometrik untuk memastikan usia pengguna.
Pendekatan lain adalah "pengenalan pola" — melacak aktivitas internet pengguna untuk menebak usia mereka. Hal ini berpotensi membuka masalah privasi besar, mirip dengan sistem pengawasan di China.
Baca juga: Begini Cara Membuat TikTok Wrapped 2024
Given berpendapat, "Saya tidak yakin ini akan berhasil jika tujuannya untuk melindungi anak-anak dari bahaya. Banyak anak akan tetap bisa mengakses konten, baik melalui VPN atau perangkat bersama di rumah."
Pada akhirnya, meskipun ada niat baik untuk melindungi anak-anak, kebijakan ini membuka pintu pengawasan pemerintah yang lebih besar, yang bisa menargetkan seluruh aktivitas internet masyarakat Australia. Bahkan jika ini bukan niat utamanya, larangan ini dapat menjadi langkah menuju pemantauan dan penyensoran yang lebih ketat.
Masalah sebenarnya adalah algoritma yang digunakan oleh perusahaan teknologi. Mereka bisa mengubah algoritma untuk tidak memaksa pengguna mengonsumsi konten negatif, tetapi hal itu tidak akan terjadi tanpa tekanan dari pemerintah, seperti yang sudah terbukti di AS. Tanpa itu, perusahaan akan terus mengutamakan keuntungan daripada kebaikan, dan Australia tetap berada di sisi yang salah dari perubahan ini.
- Penulis :
- Latisha Asharani