Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

Paus Fransiskus Masih Dirawat, Berikut 8 Kandidat Kuat Penggantinya

Oleh Latisha Asharani
SHARE   :

Paus Fransiskus Masih Dirawat, Berikut 8 Kandidat Kuat Penggantinya
Foto: Paus Fransiskus (instagram.com/franciscus/)

Pantau - Paus Fransiskus, yang saat ini berusia 88 tahun, berada dalam kondisi kritis akibat pneumonia di kedua paru-parunya. Vatikan mengonfirmasi bahwa pemimpin Gereja Katolik ini masih berjuang melawan infeksi yang dideritanya. Jika Paus Fransiskus wafat, secara teknis, setiap pria Katolik Roma bisa menjadi penerus Santo Petrus. Namun, biasanya, pemilihan akan jatuh pada salah satu dari 253 kardinal yang tersebar di seluruh dunia. Berikut adalah beberapa kandidat kuat yang berpotensi menggantikan Paus Fransiskus, sebagaimana dikompilasi oleh New York Post.

1. Kardinal Pietro Parolin

Sebagai Sekretaris Negara Vatikan, Pietro Parolin telah mengabdi selama 11 tahun dan menjadi kandidat utama penerus Paus Fransiskus. Parolin dikenal sebagai sosok moderat dalam politik gereja dan berkarier di bidang diplomasi Vatikan. Ia pernah bertugas di Nunsiatur Nigeria dan Meksiko sebelum diangkat sebagai kardinal oleh Paus Fransiskus pada 2014. Jika terpilih, ia dianggap akan melanjutkan kebijakan progresif Paus Fransiskus.

2. Kardinal Fridolin Ambongo Besungu

Presiden Simposium Konferensi Episkopal Afrika dan Madagaskar ini dikenal sebagai tokoh konservatif. Besungu menolak doktrin Fiducia Supplicans yang mengizinkan pemberkatan pasangan belum menikah dan pasangan sesama jenis. Paus Fransiskus mengangkatnya sebagai kardinal pada 2019. Jika terpilih, Besungu diperkirakan akan membawa Gereja Katolik kembali ke ajaran yang lebih konservatif.

Baca juga: Paus Fransiskus Stabil Setelah Krisis Pernapasan, Pemulihan Diperkirakan Lama

3. Kardinal Wim Eijk

Willem Jacobus Eijk, seorang dokter medis sebelum menjadi rohaniwan, dikenal sebagai kandidat konservatif. Pada 2015, ia menulis esai yang menentang dukungan Paus Fransiskus terhadap pasangan yang menikah kembali tanpa anulasi. Eijk juga mengkritik keputusan Paus terkait izin bagi pasangan Protestan menerima Ekaristi di gereja Katolik. Paus Benediktus XVI mengangkatnya sebagai kardinal pada 2012.

4. Kardinal Peter Erdo

Tokoh gereja asal Hungaria ini menolak pemberian komuni bagi umat Katolik yang bercerai dan menikah kembali. Ia juga menentang kebijakan penerimaan pengungsi oleh negara-negara Eropa, menyamakannya dengan perdagangan manusia. Kardinal sejak 2003, Erdo dianggap sebagai sosok konservatif dalam hierarki Gereja.

5. Kardinal Luis Antonio Tagle

Berasal dari Filipina, Tagle menjabat sebagai Wakil Prefek Sekretariat Evangelisasi Vatikan. Dijuluki sebagai "Paus Fransiskus dari Asia", ia dikenal berpandangan progresif dan vokal dalam mendukung hak-hak LGBT serta umat Katolik yang bercerai. Jika terpilih, Tagle akan menjadi paus pertama dari Asia. Paus Benediktus XVI mengangkatnya sebagai kardinal pada 2012.

Baca juga: Update Terkini Kondisi Kesehatan Paus Fransiskus, Alami Bronkospasme

6. Kardinal Raymond Burke

Sosok konservatif asal AS ini dikenal sebagai pendukung Misa Latin dan kerap mengkritik kebijakan Paus Fransiskus. Burke menentang pemberian Ekaristi bagi pasangan yang menikah kembali dan mengecam sikap gereja yang lebih terbuka terhadap homoseksualitas serta kontrasepsi buatan. Ia diangkat sebagai kardinal oleh Paus Benediktus XVI pada 2010.

7. Kardinal Mario Grech

Sebagai Sekretaris Jenderal Sinode Para Uskup, Mario Grech dipandang sebagai calon penerus yang moderat. Ia mendorong gereja untuk lebih inklusif terhadap kelompok-kelompok yang terpinggirkan. Dalam Sinode 2014, ia menekankan pentingnya menjaga ajaran gereja sambil tetap terbuka terhadap perubahan sosial. Paus Fransiskus mengangkatnya sebagai kardinal pada 2020.

8. Kardinal Matteo Zuppi

Presiden Konferensi Episkopal Italia ini merupakan orang dalam di Vatikan dan dekat dengan Paus Fransiskus. Pada 2023, ia dipercaya menjalankan misi perdamaian ke Ukraina dan bertemu dengan Presiden Volodymyr Zelensky. Sebagai kandidat progresif, Zuppi diperkirakan akan melanjutkan kebijakan inklusif Paus Fransiskus. Ia diangkat sebagai kardinal pada 2019.

Baca juga: Paus Fransiskus Masih Dirawat, Lewatkan Doa Angelus untuk Pekan Kedua

Pemilihan Paus berikutnya akan sangat menentukan arah Gereja Katolik, apakah tetap dengan pendekatan progresif atau kembali ke jalur konservatif. Publik masih menanti perkembangan lebih lanjut mengenai kondisi Paus Fransiskus dan proses suksesi kepemimpinan di Vatikan.

Penulis :
Latisha Asharani