Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

Trump Soroti Bahaya Konflik dengan Iran, Tunjuk Qatar sebagai Kunci Negosiasi Nuklir Damai

Oleh Balian Godfrey
SHARE   :

Trump Soroti Bahaya Konflik dengan Iran, Tunjuk Qatar sebagai Kunci Negosiasi Nuklir Damai
Foto: Trump sebut situasi Iran berbahaya, tapi pilih jalur diplomasi dengan Qatar sebagai mediator menuju kesepakatan baru.(Sumber: ANTARA/Anadolu/py/am.)

Pantau - Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyebut situasi dengan Iran sebagai “berbahaya”, namun menegaskan bahwa jalan diplomasi tetap menjadi pilihannya, dengan melibatkan Qatar sebagai mediator penting dalam upaya meredakan ketegangan kawasan.

Dalam jamuan makan malam kenegaraan di Doha pada Selasa, 14 Mei 2025, Trump menyampaikan harapan langsung kepada Emir Qatar, Tamim bin Hamad al-Thani, agar Qatar dapat membantu mempercepat tercapainya kesepakatan baru dengan Iran.

Trump memuji peran Qatar sebagai negara yang dihormati oleh Iran dan menyatakan bahwa kepemimpinan Emir Qatar bisa menjadi jembatan penting dalam diplomasi regional.

Pendekatan Baru Trump: Dari Tekanan Maksimum ke Diplomasi Lewat Qatar

Trump menyebut dirinya sebagai “teman baik” Iran dan menolak penggunaan kekerasan, mengklaim bahwa penyelesaian damai dapat menyelamatkan jutaan nyawa.

Negosiasi nuklir Iran-AS kini tengah berlangsung dengan mediasi dari Oman, di mana putaran keempat pembicaraan ditutup di Muscat pada 11 Mei 2025.

Kesepakatan yang sedang dibahas bertujuan menggantikan JCPOA (Joint Comprehensive Plan of Action) 2015—kesepakatan yang sempat dibatalkan oleh Trump sendiri pada Mei 2018 saat masa jabatan pertamanya.

Saat itu, Trump menerapkan kebijakan “tekanan maksimum” berupa sanksi ekonomi berat terhadap Iran untuk memaksa renegosiasi.

Iran merespons dengan menarik diri dari sejumlah komitmen JCPOA karena negara-negara Barat dianggap gagal memenuhi janji-janji ekonomi.

Kini, Trump menunjukkan perubahan pendekatan dengan lebih menekankan pada diplomasi dan peran negara ketiga seperti Qatar yang memiliki jalur komunikasi terbuka dengan Teheran.

Perkembangan ini menandai pergeseran strategi AS di bawah Trump periode kedua—dari kebijakan konfrontatif menuju diplomasi pragmatis yang berpotensi mengurangi ketegangan di kawasan Teluk.

Penulis :
Balian Godfrey
Editor :
Balian Godfrey