
Pantau - Presiden Amerika Serikat Donald Trump dikabarkan tengah menyusun rencana untuk merelokasi sekitar 1 juta warga Palestina dari Gaza ke Libya, sebagaimana dilaporkan NBC News dan dikutip dari lima sumber yang mengetahui proses tersebut.
Dua dari sumber tersebut menyebutkan bahwa pembicaraan telah mencapai tingkat diskusi dengan pimpinan Libya, dengan AS menawarkan pencairan dana Libya yang dibekukan sebagai imbalan jika negara tersebut bersedia menampung warga Palestina.
Meskipun belum ada kesepakatan final, Israel diketahui memantau perkembangan pembicaraan tersebut.
Zona Kebebasan Gaza, Insentif Finansial, dan Tantangan Libya
Trump menyampaikan gagasan agar Gaza diubah menjadi “zona kebebasan” yang dikelola oleh Amerika Serikat sebagai solusi jangka panjang atas konflik berkepanjangan.
“Saya punya konsep untuk Gaza yang menurut saya sangat bagus, jadikan itu zona kebebasan… saya pikir saya akan bangga jika Amerika Serikat memilikinya,” ujar Trump dalam pernyataannya.
Ia mengklaim bahwa zona tersebut akan membuat orang merasa aman dan sekaligus menjadi sarana untuk menangani kelompok Hamas yang menguasai Gaza.
Di sisi lain, seorang pejabat Gedung Putih membantah laporan tentang rencana relokasi tersebut dan menyebutnya “tidak benar.”
Namun, sumber lain menyebut bahwa terdapat wacana pemberian insentif finansial seperti tempat tinggal gratis dan tunjangan hidup untuk mendorong warga Gaza agar bersedia pindah secara sukarela.
Tantangan utama dalam rencana ini adalah kondisi Libya yang masih tidak stabil sejak jatuhnya rezim Gaddafi pada 2011.
Baru-baru ini, Tripoli kembali dilanda bentrokan bersenjata menyusul kematian Abdel Ghani al-Kikli, mantan kepala Aparat Dukungan Stabilitas, sebelum akhirnya dicapai gencatan senjata setelah dua hari kekerasan.
Kondisi logistik dan keamanan di Libya menjadikan usulan relokasi ini sulit diwujudkan dalam waktu dekat dan mengundang reaksi beragam dari pengamat serta komunitas internasional.
- Penulis :
- Balian Godfrey
- Editor :
- Balian Godfrey