Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

Menhan Gen Nakatani: Keamanan Nasional Tak Boleh Dikorbankan demi Negosiasi Dagang

Oleh Balian Godfrey
SHARE   :

Menhan Gen Nakatani: Keamanan Nasional Tak Boleh Dikorbankan demi Negosiasi Dagang
Foto: Jepang Tolak Jadikan Pembelian Alutsista sebagai Alat Tawar Tarif dengan AS(Sumber: ANTARA FOTO/Muhammad Ramdan/foc.)

Pantau - Jepang secara tegas menolak menggunakan pembelian peralatan pertahanan dari Amerika Serikat sebagai imbalan atas pelonggaran kebijakan tarif dari Washington.

Pernyataan penolakan ini disampaikan langsung oleh Menteri Pertahanan Jepang, Gen Nakatani, dalam konferensi pers pada Jumat (30/5).

"Dalam membeli peralatan, kami akan terlebih dahulu mengkaji apa yang sesuai untuk memperkuat kemampuan pertahanan kami dan kemudian menentukan model dan jumlahnya," tegas Nakatani.

Ia menekankan bahwa keputusan untuk membeli alutsista harus murni didasarkan pada kebutuhan pertahanan dan perdamaian nasional Jepang, bukan sebagai bagian dari strategi negosiasi perdagangan.

Perbedaan Pandangan di Internal Pemerintahan Jepang

Penegasan Nakatani muncul sehari setelah kepala negosiator tarif Jepang, Akazawa, menyatakan bahwa pembelian peralatan pertahanan dari AS bisa dijadikan alat tawar dalam pembicaraan tarif bilateral guna mengurangi defisit perdagangan.

Akazawa, yang dikenal sebagai tokoh dekat Perdana Menteri Shigeru Ishiba, dijadwalkan bertemu dengan Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan sejumlah pejabat senior lainnya di Washington, kemungkinan pada hari yang sama.

Menanggapi pernyataan tersebut, Nakatani menyatakan bahwa isu tarif dan isu keamanan adalah dua hal yang sangat berbeda dan tidak boleh dicampuradukkan.

Ia juga menyebut bahwa Kementerian Pertahanan akan tetap bekerja sama dengan otoritas terkait untuk menangani isu tarif secara terpisah dari urusan militer.

Pertemuan Menhan Jepang-AS Digelar di Shangri-La Dialogue

Di sisi lain, Nakatani dijadwalkan bertemu dengan Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi Keamanan Asia (Shangri-La Dialogue) yang berlangsung selama tiga hari di Singapura mulai Jumat.

Pertemuan bilateral ini diperkirakan akan membahas kerja sama pertahanan dan keamanan kawasan, terpisah dari isu perdagangan yang sedang dinegosiasikan.

Penulis :
Balian Godfrey