Pantau.com - AS berusaha mengirim pesan perang pada Iran dengan meninggalkan kapal induknya di Teluk Persia. Hal itu menujukkan, tekanan terhadap Iran tak akan kendor kendati pasukan militer AS dipulangkan daru Suriah.
Hal itu disampaikan oleh profesor ilmu politik Hamed Mousavi, yang dikutip dari RT, Rabu (26/12/2018).
“Ini agak terkait mungkin dengan penarikan dari Suriah dalam arti bahwa Amerika berusaha untuk mengirim pesan ke Teheran bahwa meskipun mereka meninggalkan Suriah, bagaimanapun, ini tidak berarti mereka akan mengangkat salah satu tekanan pada Iran,” katanya.
Baca juga: Ternyata, Trump Sampai Telepon Erdogan Soal Penarikan Militer AS dari Suriah
Sebuah kapal induk AS memasuki Teluk Persia untuk pertama kalinya sejak 2001 pekan lalu disertai dengan armada kapal perang yang disebut Washington sebagai "unjuk kekuatan" terhadap Iran.
“Saya pikir itu adalah bagian dari strategi yang lebih besar dari administrasi Trump yang mencoba menekan Iran. Pemerintahan ini, sejak mulai menjabat hampir dua tahun, telah berusaha menekan Iran melalui sanksi dan melalui ancaman dan sekarang membawa kapal induk sangat dekat ke perairan Iran sangat provokatif, ujar Mousavi.
Untuk diketahui, Iran kini mengancam akan memblokir Selat Hormuz, satu-satunya jalan keluar dari Teluk Persia, di mana menjadi akses perdagangan minyak.
Baca juga: Komandan AL: Iran Tidak akan Biarkan Kapal Induk AS Masuki Perairan
Wacana yang digulirkan Iran tersebut tentu berkaitan dengan perang dingin dengan AS yang kian meningkat. Mundur ke belakang, awal perseteruan tersebut berawal dari aksi Trump mundur dari perjanjian nuklir yang digagas 2015 lalu.
“Namun demikian, pada saat yang sama kita tidak boleh melebih-lebihkan peristiwa ini dalam arti bahwa saya tidak berpikir AS sedang mencoba merencanakan invasi ke Iran dengan cara apa pun,” pungkasnya.
- Penulis :
- Widji Ananta
