
Pantau - Badan Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) melaporkan kondisi kemanusiaan di Gaza kian memburuk, dengan warga terpaksa membakar sampah plastik untuk memasak akibat kelangkaan bahan bakar, gas, dan listrik yang terus berlangsung.
“Para mitra melaporkan bahwa akibat kelangkaan bahan bakar, gas, dan listrik, warga pun membakar sampah plastik untuk memasak,” ungkap OCHA dalam laporan terbarunya.
Kondisi ini menimbulkan risiko kesehatan serius, terutama karena pembakaran dilakukan di tempat penampungan dengan ventilasi buruk, membahayakan anak-anak dan lansia.
Serangan Israel yang masih berlangsung dituding memperparah situasi.
“Penembakan dan pengeboman di Jalur Gaza terus berdampak buruk pada warga sipil. Serangan-serangan tersebut dilaporkan telah menewaskan dan melukai banyak orang, sebagian besar di antaranya saat sedang mencari bantuan,” tambah OCHA.
Korban Berjatuhan Saat Ambil Bantuan, Rumah Sakit Kewalahan
Komite Internasional Palang Merah (ICRC) melaporkan bahwa Rumah Sakit Lapangan Palang Merah di Rafah menerima 149 korban massal pada 24 Juni.
“Semua pasien yang datang melaporkan bahwa mereka terluka saat dalam perjalanan ke lokasi penyaluran bantuan,” jelas ICRC.
Sebanyak 16 orang meninggal saat tiba di rumah sakit, dan tiga lainnya meninggal tidak lama kemudian.
Sebagian besar korban mengalami luka tembak, dan kejadian ini merupakan yang ke-20 kalinya ICRC mengaktifkan prosedur penanganan korban massal sejak 27 Mei.
“Skala dan frekuensi insiden seperti ini menjadi bukti yang mengkhawatirkan tentang bahaya yang tak dapat ditoleransi yang dihadapi warga sipil saat mereka berupaya mengakses bantuan,” tegas ICRC.
Korban umumnya jatuh di sekitar pusat distribusi bantuan milik Gaza Humanitarian Foundation, sebuah badan non-PBB yang disebut dimiliterisasi dan didukung Israel serta Amerika Serikat.
Krisis Berlapis di Tengah Minimnya Akses Bantuan
OCHA menyebut bahwa pembatasan Israel terhadap pengiriman dan distribusi bahan bakar menjadi penghambat utama penyelamatan warga yang kelaparan.
Layanan dapur umum kini hanya mampu menyediakan lebih dari 200.000 makanan per hari, turun drastis dari 1 juta makanan per hari pada akhir April.
Dana Kependudukan PBB juga memperingatkan bahwa 80 persen unit perawatan kritis terancam tutup, sementara terdapat sekitar 130 persalinan per hari di wilayah Gaza.
OCHA kembali menuntut Israel untuk membuka akses bantuan yang lebih luas dan beragam, termasuk bahan bakar, gas memasak, dan perlengkapan tempat tinggal.
“Untuk memfasilitasi distribusi bantuan yang tertib, pasokan harus disalurkan setiap hari melalui beberapa perlintasan dan rute darat secara bersamaan, sehingga dapat memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa aliran bantuan esensial mengalir dengan stabil, mencukupi, dan reliabel,” ujar OCHA.
Dari 15 rencana misi kemanusiaan yang diajukan ke Gaza pada 25 Juni, hanya empat yang difasilitasi penuh oleh Israel, tujuh ditolak, dan sisanya terhambat oleh kondisi di lapangan.
Dampak Panjang: Pendidikan Terhenti, Masa Depan Terancam
Konflik berkepanjangan juga berdampak pada pendidikan.
Puluhan ribu siswa Gaza dilaporkan gagal mengikuti ujian sekolah menengah akibat pengungsian massal, kekerasan, dan gangguan koneksi internet.
Pada tahun sebelumnya, 39.000 siswa juga mengalami hal serupa, mempertegas ancaman kehilangan generasi akibat konflik berkepanjangan.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf