
Pantau - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengungkapkan bahwa Iran kemungkinan memiliki empat situs nuklir utama, tiga di antaranya disebut sebagai fasilitas utama, sementara satu lainnya dinilai kurang penting.
AS Serang Tiga Situs Nuklir, Iran Balas dengan Serangan Rudal
Trump tidak menyebutkan secara rinci nama-nama fasilitas yang dimaksud dalam pernyataannya, namun pada 22 Juni 2025, militer Amerika Serikat melancarkan serangan ke tiga situs nuklir Iran yang dikenal luas, yakni Natanz, Fordow, dan Isfahan.
Serangan tersebut memicu respons dari pihak Iran yang kemudian meluncurkan serangan rudal ke Pangkalan Udara Al Udeid di Qatar pada 23 Juni, menandai eskalasi serius dalam konflik antara kedua negara.
Konflik ini merupakan kelanjutan dari ketegangan yang meningkat sejak 13 Juni, ketika Israel meluncurkan operasi militer besar terhadap Iran, dengan tuduhan bahwa Teheran tengah menjalankan program nuklir militer secara rahasia.
Iran membantah tuduhan tersebut dan membalas dengan meluncurkan Operasi True Promise 3 yang menargetkan sejumlah sasaran militer di wilayah Israel.
Gencatan Senjata Disepakati, IAEA Tak Temukan Bukti Nuklir Militer
Pada malam 24 Juni, Trump mengumumkan bahwa Iran dan Israel telah menyepakati gencatan senjata setelah konflik selama 12 hari.
"Gencatan senjata telah tercapai dan mulai berlaku," ungkapnya pada 25 Juni, seraya meminta kedua belah pihak untuk mematuhi kesepakatan demi stabilitas kawasan.
Sementara itu, Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi, menyatakan bahwa hingga saat ini pihaknya tidak memiliki bukti konkret bahwa Iran menjalankan program senjata nuklir aktif.
"Iran belum terbukti memiliki program senjata nuklir yang sedang berjalan," ia mengungkapkan, merespons berbagai tuduhan yang berkembang di tengah konflik.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf