
Pantau - Juru Bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, Tammy Bruce, menyatakan bahwa peningkatan belanja pertahanan oleh NATO tampaknya membuat Rusia merasa terusik.
Pernyataan tersebut disampaikan Bruce pada Senin (30/6) sebagai tanggapan terhadap komentar Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, yang menilai langkah negara-negara anggota NATO menaikkan anggaran pertahanan hingga 5 persen dari produk domestik bruto (PDB) sebagai tindakan "katastrofik".
Menurut Bruce, kegusaran Rusia disebabkan oleh kenyataan bahwa NATO kembali menjalankan fungsi utamanya sebagai kekuatan penangkal militer di kawasan Atlantik Utara.
"Apa yang kami tahu, dan tampaknya membuat Rusia gusar, adalah fakta bahwa NATO akan kembali secara kuat ke akar pendiriannya sebagai kekuatan penangkal. Dan memang itulah tugas NATO sejak awal," ungkapnya.
NATO Tingkatkan Anggaran Pertahanan Hingga 2035
Komentar dari Tammy Bruce disampaikan setelah pertemuan tingkat tinggi para pemimpin NATO yang berlangsung di Den Haag pekan lalu.
Dalam pertemuan tersebut, negara-negara anggota NATO menyepakati komitmen bersama untuk meningkatkan anggaran pertahanan hingga mencapai 5 persen dari PDB masing-masing negara paling lambat pada tahun 2035.
Selain itu, NATO juga akan melakukan evaluasi terhadap arah dan keseimbangan belanja militer pada tahun 2029 guna memastikan efektivitas dan keselarasan strategi pertahanan kolektif.
Rusia Anggap Langkah NATO Sebagai Ancaman
Sebelumnya, Sergey Lavrov memperingatkan bahwa langkah peningkatan belanja militer ini berpotensi membawa pada keruntuhan aliansi NATO sendiri.
Ia menyebut kebijakan itu sebagai respons yang berlebihan dan tidak proporsional terhadap dinamika keamanan global yang ada saat ini.
Pernyataan Lavrov dan respons dari Bruce mencerminkan ketegangan yang terus berlanjut antara Rusia dan NATO terkait postur militer serta arah kebijakan pertahanan di kawasan Eropa dan sekitarnya.
Sumber: Sputnik/RIA Novosti-OANA
- Penulis :
- Leon Weldrick
- Editor :
- Leon Weldrick