
Pantau - Ilmuwan China mengumumkan kelahiran Dzo hasil kloning sel somatik pertama di dunia, yang menjadi terobosan besar dalam teknologi pemuliaan hewan dan pelestarian spesies di dataran tinggi ekstrem.
Dzo Kloning Lahir Sehat di Dataran Tinggi Xizang
Bayi Dzo jantan tersebut lahir melalui operasi caesar pada 12 Mei 2025 di Lhasa, ibu kota Daerah Otonomi Xizang, dengan berat 26 kilogram.
Pengujian genetik menunjukkan bahwa anak Dzo ini adalah salinan identik dari dzo pendonor, dan telah bertahan hidup lebih dari dua bulan dalam kondisi sehat hingga 11 Juli 2025.
Kelahiran ini merupakan bagian dari proyek kolaborasi antara Institut Ilmu Hewan (IAS) – Akademi Ilmu Pertanian China (CAAS), bersama akademi peternakan Xizang, Universitas Pertanian China, dan Northeastern University.
Teknologi Kloning untuk Pelestarian dan Produktivitas
Dzo adalah hewan hasil persilangan antara yak betina dan sapi jantan lokal yang dikenal karena kemampuannya bertahan di Dataran Tinggi Qinghai–Tibet, hasil produksi susu yang tinggi, kualitas daging unggul, dan kapasitas angkut yang besar.
Namun, Dzo jantan tidak subur, sehingga tidak dapat mewariskan sifat unggulnya secara alami.
Untuk mengatasi ini, para peneliti mengekstrak sel somatik dari telinga dzo dewasa usia 9 tahun, lalu memindahkan inti sel tersebut ke dalam sel telur sapi yang telah dihilangkan intinya.
Embrio hasil rekayasa ini kemudian ditanamkan ke induk pengganti dzo dan berhasil tumbuh dalam kondisi ekstrem dataran tinggi yang minim oksigen dan bersuhu rendah.
“Ini adalah pertama kalinya kloning sel somatik berhasil dilakukan secara langsung di dataran tinggi Xizang,” ungkap Yu Dawei, peneliti dari CAAS-IAS.
Membuka Peluang Besar Pembiakan Ternak Unggul
Kehadiran teknologi ini memungkinkan pewarisan stabil sifat unggul, seperti hasil tinggi dan ketahanan lingkungan.
Kloning juga menjadi alternatif dari teknik transfer embrio yang selama ini mahal dan belum optimal untuk industri ternak di Xizang.
Para peneliti mengembangkan sistem kultur embrio khusus dataran tinggi dengan pengendalian suhu dan pH secara presisi, serta mengoptimalkan pemilihan induk pengganti untuk meningkatkan keberhasilan kehamilan.
Selain untuk pembiakan, sistem ini juga dirancang untuk penyimpanan gen (gene banking) dan restorasi spesies dataran tinggi yang terancam punah, seperti antelop Tibet dan yak liar.
“Teknologi ini menjadi jaminan penting bagi pelestarian keanekaragaman hayati dataran tinggi, dan membuka peluang besar dalam peternakan modern berbasis sains,” jelas Yu.
- Penulis :
- Aditya Yohan
- Editor :
- Tria Dianti