
Pantau - Pulau Bornholm di Denmark kini semakin sering digunakan sebagai pos terdepan NATO di kawasan Baltik, memicu protes dari Rusia yang menyebut langkah tersebut sebagai bentuk militerisasi yang provokatif.
Duta Besar Rusia untuk Kopenhagen, Vladimir Barbin, menilai kehadiran militer NATO di Bornholm dilakukan dengan dalih ancaman dari Rusia, meskipun menurutnya Moskow tidak memiliki niat agresif terhadap Denmark.
"Militerisasi Bornholm dilakukan saat ini dengan alasan palsu, yaitu untuk melindungi pulau tersebut dari 'ancaman Rusia', padahal Rusia tidak pernah memiliki niat agresif terhadap Denmark. Bornholm kini semakin digunakan sebagai pos terdepan NATO di Baltik melawan Rusia," ujar Barbin.
Aktivitas Militer NATO di Bornholm Meningkat
Barbin menjelaskan bahwa pada masa Perang Dingin, Bornholm justru tidak digunakan sebagai tempat persiapan militer dan bahkan berkontribusi terhadap stabilitas kawasan Laut Baltik.
Namun saat ini, kata Barbin, pesawat-pesawat aliansi NATO sering dikerahkan untuk patroli di wilayah udara Bornholm. Ia menyebut bahwa pesawat pengebom strategis Amerika Serikat pernah bersembunyi di wilayah udara pulau tersebut agar tidak terdeteksi dan dicegat oleh jet tempur Rusia.
"Pesawat pengebom strategis AS yang terbang menuju St. Petersburg dan Kaliningrad sempat bersembunyi di wilayah udara pulau ini agar tidak terdeteksi dan dicegat oleh jet tempur Rusia," jelas Barbin.
Barbin juga menyoroti latihan militer bersama Amerika Serikat yang digelar secara rutin di Bornholm, termasuk penggelaran peluncur HIMARS.
Dalam latihan militer tahun 2023 dan 2024, NATO turut melatih pengangkutan udara serta penempatan peluncur kontainer Mk.70 dari sistem rudal mobile Typhon.
Peluncur tersebut, menurut Barbin, dapat digunakan untuk menembakkan berbagai jenis rudal, termasuk rudal jelajah Tomahawk berbasis darat yang dapat dilengkapi dengan hulu ledak nuklir.
"Denmark telah menyediakan wilayah Bornholm untuk aksi-aksi militer provokatif seperti ini, padahal Rusia telah menetapkan moratorium atas penempatan rudal jarak menengah di Eropa," tegas Barbin.
Respons Rusia terhadap Ekspansi NATO
Rusia mencatat bahwa aktivitas NATO meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir, terutama di dekat perbatasan baratnya.
Menurut Moskow, NATO terus memperluas kehadirannya dengan mengatasnamakan "penahanan agresi Rusia", sebuah narasi yang berulang kali ditolak oleh pihak Rusia.
Kementerian Luar Negeri Rusia menegaskan bahwa Moskow tetap terbuka untuk berdialog dengan NATO, namun menekankan bahwa dialog tersebut harus dilandasi prinsip kesetaraan.
Selain itu, Rusia meminta negara-negara Barat untuk menghentikan kebijakan militerisasi di kawasan Eropa yang dinilai hanya akan memperburuk ketegangan regional.
Sumber: Sputnik/RIA Novosti-OANA
- Penulis :
- Leon Weldrick
- Editor :
- Leon Weldrick