Pantau Flash
HOME  ⁄  Geopolitik

Korea Utara Tegaskan Status Negara Nuklir Permanen, Kecam Seruan Denuklirisasi dari AS

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Korea Utara Tegaskan Status Negara Nuklir Permanen, Kecam Seruan Denuklirisasi dari AS
Foto: (Sumber: Ilustrasi - Lapangan Kim Il-Sung di Pyongyang, Korea Utara. ANTARA/Pixabay/am.)

Pantau - Korea Utara pada Senin menyatakan bahwa statusnya sebagai negara pemilik senjata nuklir telah “ditetapkan secara permanen” dalam hukum nasional, sekaligus menolak keras seruan denuklirisasi yang kembali disuarakan Amerika Serikat dalam forum internasional.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh utusan tetap Korea Utara untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa dan organisasi internasional melalui Kantor Berita Pusat Korea (KCNA).

Korut menyebut seruan AS sebagai bentuk permusuhan yang tidak berubah terhadap Republik Rakyat Demokratik Korea.

Kecam AS, Korut Sebut Status Nuklir Tak Bisa Diubah

Dalam pernyataannya, Korea Utara menyebut AS sebagai pihak yang justru merusak sistem non-proliferasi nuklir internasional melalui pengembangan senjata nuklir yang lebih radikal.

"Posisi Republik Rakyat Demokratik Korea sebagai negara bersenjata nuklir yang telah ditetapkan secara permanen dalam hukum tertinggi dan dasar negara tersebut telah tidak dapat diubah," tegas utusan Korea Utara.

Korut menambahkan bahwa mereka “akan selalu menentang dan menolak segala upaya untuk mengubah posisinya saat ini.”

Pernyataan itu juga memuat kecaman langsung terhadap Washington.

“Kami mengecam keras dan menolak tindakan provokatif AS yang sekali lagi mengungkapkan niat permusuhannya yang tak tergoyahkan terhadap Republik Rakyat Demokratik Korea ... dan menyatakan keprihatinan serius atas konsekuensi negatif yang akan ditimbulkannya,” demikian isi pernyataan resmi Korea Utara.

Tolak Dialog dan Terus Kembangkan Rudal Hwasong-20

Sikap tegas ini disampaikan di tengah berlanjutnya pengembangan program nuklir dan persenjataan Korea Utara yang semakin agresif dalam beberapa bulan terakhir.

Korea Utara juga secara eksplisit menolak tawaran dialog yang datang dari Amerika Serikat dan Korea Selatan.

Pada awal September, Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengunjungi sebuah lembaga penelitian yang tengah mengembangkan mesin berbahan bakar padat berdaya dorong tinggi.

Dalam kunjungan itu, Kim menyatakan bahwa mesin tersebut akan digunakan dalam rudal balistik antarbenua (intercontinental ballistic missile/ICBM) generasi baru, Hwasong-20, yang kini masih dalam tahap pengembangan.

Langkah ini menegaskan komitmen Pyongyang untuk terus memperkuat kapabilitas militernya di tengah ketegangan geopolitik yang masih tinggi.

Penulis :
Ahmad Yusuf