
Pantau - Pemerintah Iran secara resmi menghentikan kerja sama dengan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) setelah Dewan Keamanan PBB menolak pencabutan sanksi permanen terhadap negara tersebut pada Sabtu, 20 September 2025.
Keputusan ini diumumkan oleh Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran dan disiarkan melalui saluran pemerintah Press TV.
Langkah tersebut merupakan bentuk reaksi keras atas kegagalan diplomatik Dewan Keamanan PBB dalam mengadopsi resolusi yang seharusnya mempertahankan pencabutan sanksi.
Iran juga mengecam sikap tiga negara Eropa—Inggris, Prancis, dan Jerman (dikenal sebagai E3)—yang dinilai “tidak bijaksana” dalam menyikapi program nuklir Iran.
Resolusi Gagal Disahkan, Iran Anggap Barat Langgar Kesepakatan Nuklir
Sebelumnya, pada Jumat, 19 September 2025, Dewan Keamanan PBB gagal mengadopsi rancangan resolusi yang diajukan oleh Korea Selatan, presiden Dewan Keamanan saat ini.
Resolusi tersebut bertujuan mempertahankan pencabutan sanksi dengan menyatakan bahwa ketentuan dalam resolusi sanksi sebelumnya “tetap dihentikan.”
Namun, rancangan resolusi gagal lolos karena tidak mendapatkan sembilan suara yang dibutuhkan.
Negara-negara yang mendukung resolusi antara lain Rusia, China, Pakistan, dan Aljazair.
Guyana dan Korea Selatan memilih abstain.
Sementara itu, sembilan negara yang menolak resolusi terdiri dari Inggris, Prancis, Denmark, Slovenia, Sierra Leone, Panama, Amerika Serikat, Yunani, dan Somalia.
Inggris, Prancis, dan Jerman sebagai bagian dari E3 merupakan negara penandatangan perjanjian nuklir 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA), di mana Iran sepakat untuk membatasi pengayaan uranium serta membuka akses bagi inspektur internasional guna memverifikasi aktivitas nuklirnya.
Namun pada 28 Agustus 2025, E3 memicu mekanisme snapback berdasarkan Resolusi DK PBB 2231, yang memungkinkan pemulihan sanksi secara otomatis dalam waktu 30 hari jika Iran dianggap melanggar perjanjian.
Iran kini menyatakan bahwa penghentian kerja sama dengan IAEA merupakan reaksi tegas atas kegagalan pencabutan sanksi dan dianggap sebagai bukti pelanggaran komitmen oleh pihak Barat.
Iran juga kembali menegaskan bahwa seluruh aktivitas nuklirnya ditujukan untuk kepentingan damai.
- Penulis :
- Aditya Yohan