Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

Eks KaBIN Arab Saudi Bongkar 'Borok' Seorang Barack Obama

Oleh Widji Ananta
SHARE   :

Eks KaBIN Arab Saudi Bongkar 'Borok' Seorang Barack Obama

Pantau.com - Mantan kepala intelijen dan diplomat Saudi Pangeran Bandar bin Sultan mengatakan, mantan Presiden AS Barack Obama telah mengingkari janjinya. Dia juga mengatakan Rusia dan Iran berani lantaran kebijakan luar negeri Obama.

Obama berbohong ke Arab Saudi dengan menetapkan "garis merah" mengenai Suriah dan dugaan penggunaan senjata kimia dan tidak menegakkannya ketika serangan kimia terjadi di tanah Suriah, ketika diwawancarai The Jerusalem Post.

Melansir Sputnik, Selasa (29/1/2019), Bin Sultan sebelumnya menjabat sebagai kepala intelijen Saudi dan sebagai duta besar Saudi untuk Amerika Serikat.

Baca juga: Kampanye 'Kebebasan Perempuan' Gadis Saudi Pasca Kabur

Berbicara dengan Arab Independen dalam sebuah wawancara yang belum dipublikasikan secara penuh, bin Sultan mengingat percakapan telepon dengan presiden AS saat itu.

"Saya tidak menyangka bahwa (setelah) umur panjang ini, saya akan melihat (hari) ketika seorang presiden Amerika berbohong kepada saya."

Selama tahun terakhirnya di kantor, Obama membuat pernyataan kurang ajar tentang serangan kimia di Suriah. Namun, ketika serangan seperti itu terjadi, AS menahan diri dari ancamannya. Rusia telah berulang kali memberikan bukti bahwa Presiden Suriah Bashar Assad dan Damaskus tidak berada di belakang serangan kimia.

Dia ingat bagaimana Obama berulang kali mengecam Iran untuk program tenaga nuklirnya, tetapi akhirnya merundingkan apa yang disebut kesepakatan nuklir Iran, adalah sebuah langkah yang menurut bin Sultan, dibuat di belakang" Arab Saudi.

Baca juga: Eks Wakil Obama Sesumbar Jadi Alternatif Utama Partai Demokrat Kalahkan Donald Trump

Dia berpendapat bahwa kursus diplomatik Obama telah membawa Timur Tengah kembali 20 tahun sebelumnya.

Mantan diplomat itu juga mengatakan bahwa tindakan AS membiarkan Rusia dan Iran untuk bergabung dengan Suriah dalam pertempuran melawan Daesh dan kelompok-kelompok teroris lainnya.

Rusia dan Iran adalah satu-satunya dua negara dalam konflik Suriah yang menerima undangan resmi dari Assad. Baik pasukan koalisi yang dipimpin Turki dan AS beroperasi di wilayah Suriah tanpa izin dari Damaskus.

Penulis :
Widji Ananta