
Pantau.com - Lorong satu permukiman di Kota Karachi, Pakistan, yang dikenal sebagai pusat narkotika, perang geng dan angka melek huruf yang rendah, anak-anak belajar tentang perdamaian, cinta dan berbagi antar-agama dari wayang.
Saat tirai terbuka di panggung, seorang dalang bercerita tentang kisah "Sinbad Si Pelaut", pahlawan asal Timur Tengah dan perjalanannya keliling dunia. Selama pelayarannya ia bertemu dengan orang dari berbagai kepercayaan, bahasa dan agama --yang disetujui tidak memiliki banyak kebebasan satu dengan yang lain.
"Seorang lelaki sekarang dan kalian berbicara tentang kasta," kata wayang protagonis, diterima Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa. Ia mengecam boneka yang lain yang tak ingin menyelamatkan tokoh wayang yang lain yang ditangkap-tenggelam sebab tokoh itu berasal dari kasta yang lebih rendah.
Baca juga: Akhiri Kebuntuan, DK-PBB Masukan JeM Pakistan Dalam Daftar Hitam
"Kalian mesti malu menyebut dirimu manusia. Manusia melepaskan manusia bukan kasta," kata Sinbad.
Penulis naskah Nouman Mehmood mengatakan bahwa cerita ini muncul di benaknya, kompilasi kelompoknya, melakukan kegiatan pendidikan di permukiman miskin di kota itu.
Mereka memperhatikan antagonisme agama dan etnik di permukiman itu dan memutuskan untuk menciptakan guna guna mendukung pesan perdamaian, perbincangan dan keharmonisan.
Pakistan, negara dengan 200 warga - yang berpartisipasi Muslim, telah menyaksikan serangan yang berulangkali kali terjadi terhadap gereja, kuil Hindu dan tempat suci Sufi dalam beberapa tahun yang dihadiri oleh kelompok gari keras.
Sekolah konservatif biasa ditentang menentang radikalisme tetapi semua itu menjadi satu-satunya lembaga pendidikan yang tersedia buat jutaan anak miskin, jadi pesan pilihan menjadi sangat penting.
Baca juga: Rusia Ogah Kandangkan Sukhoi Pasca Kebakaran Pesawat Aeroflot
"Yang mendasar adalah penerimaan. Orang mesti memiliki cukup ruang untuk menerima orang lain tidak peduli apakah ia Kristen, tanpa mempertimbangkan apakah ia penganut Hindu, tanpa mempertimbangkan apakah ia pemeluk Sikh," kata Mehmood.
Pertunjukan itu, yang diselenggarakan oleh Thespianz Theatre, merencanakan untuk melakukan perjalanan ke permukiman miskin di Karachi dan provinsi setelah pementasan di Permukiman Lyari, yang keras, di Karachi.
"Ada pesan yang kita tidak boleh mencampuri urusan agama lain. Kita saling membantu," kata pelajar kelas kebebasan, Adul Rahim Arshad, setelah menonton.
"Jika seseorang melupakan kita, kita tak boleh balas meminta dia. Malah kita mesti membantu dia," katanya.
- Penulis :
- Widji Ananta