
Pantau.com - Presiden Lebanon Michel Aoun menyebutkan bahwa amonium nitrat sebagai penyebab ledakan dahsyat di Pelabuhan Beirut pada Selasa 4 Agustus 2020, waktu setempat. Peristiwa nahas itu menewaskan lebih lebih dari 100 orang dan melukai hampir 3.000 orang lainnya.
Unggahan di akun Twitter Kepresidenan Lebanon, Aoun menuliskan bahwa penimbunan 2.750 ton amonium nitrat di sebuah gudang tanpa langkah keamanan tidak dapat diterima. Ia menekankan bahwa mereka yang bertanggung jawab atas tragedi tersebut harus diganjar hukuman paling berat. Sementara itu, otoritas Lebanon menyatakan Beirut sebagai "daerah bencana" akibat peristiwa itu.
Dewan Pertahanan Tertinggi Lebanon menyatakan status darurat di Ibu Kota Beirut selama dua pekan ke depan.
Baca juga: Korban Tewas Ledakan di Beirut Lebanon Bertambah Jadi 100 Orang
Bersamaan dengan status darurat, alokasi pendanaan rumah sakit untuk menutupi biaya para korban luka, pembayaran kompensasi bagi keluarga korban meninggal dan pasokan gandum menyusul hancurnya tempat penyimpanan gandum akibat ledakan menjadi keputusan yang diambil oleh dewan tersebut.
Komite investigasi juga telah dibentuk guna menyiapkan laporan mengenai ledakan dalam lima hari ke depan.
Kebakaran di gudang yang berisi material peledak di Pelabuhan Beirut menyebabkan ledakan dahsyat, yang meratakan bangunan tiga lantai dan terdengar hingga ke seluruh kota dan pinggirannya.
Baca juga: Trump Soal Ledakan di Beirut: Bukan Kecelakaan, Itu Seperti Serangan Bom
Lebih dari 100 orang tewas dan 2.750 orang lainnya terluka dalam tragedi tersebut. Dikatakan Menteri Kesehatan Hamad Hassan pada Selasa 4 Agustus 2020, waktu setempat.
Negara tetangga serta kawasan, termasuk Turki menyampaikan belasungkawa dan menawarkan bantuan kepada Lebanon menyusul ledakan tersebut
Presiden AS Donald Trump mengaku bahwa ledakan itu "tampak seperti serangan mengerikan", dengan menyebutnya sebagai pemboman ketimbang kecelakaan.
rn- Penulis :
- Widji Ananta