Pantau Flash
HOME  ⁄  Lifestyle

Terkuak! Ternyata Almarhum Dono Pernah Dipaksa Jadi Jubir Presiden

Oleh Rifeni
SHARE   :

Terkuak! Ternyata Almarhum Dono Pernah Dipaksa Jadi Jubir Presiden

Pantau.com -  Komedian senior Indro 'Warkop' telah memakan asam garam kehidupan selebriti, tak terkecuali dapat ajakan, bujukan, hingga ancaman untuk terjun ke politik.

"Enggak, saya nggak mau dari dulu. Dari zaman Pak Harto, dari mulai diancam, dikasih duit paling banyak, enggak, warkop enggak pernah mau," ujar Indro di Planetarium, Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat, Senin (30/7/2018).

Baca juga: Emosional, Indro 'Warkop' Pertanyakan Kapabilitas Artis Nyaleg

Bahkan Indro mengungkapkan almarhum Dono, juga pernah dipaksa oleh pemerintah untuk menjadi salah satu juru bicara mantan presiden, yang langsung ditolak meski mendapat angka yang cukup menggiurkan.

"Mas Dono itu pernah disuruh jadi juru bicara, katakanlah bekas presiden yang dulu, enggak mau, mau dibayar Rp 1 miliar per bulan pun enggak mau," ungkapnya.

Indro mengatakan, idealis yang dipegang teguh trio Warkop enggan ia gadaikan hanya demi keuntungan pribadi semata.

"Kami masih berbicara nurani, kami tidak sama sekali berpikir cari duit untuk cara itu (politik). Karena bohong kalau dibilang 'ini (nyaleg) bukan cari duit, kita ideologi' ideologinya apa?," ragu Indro.

Ia membandingkan jika dulu pada masa kejayaan trio Warkop, partai masih memiliki ideologi yang digenggam. Berbeda dengan sekarang, menurutnya partai politik tidak jelas ideologinya.

"Sekarang apa coba, ada fanasitisme terhadap ideologi enggak? Tidak ada. Bahkan Pancasila pun tidak. Kalau enggak mau dirobek-robek pancasila zaman sekarang ini," tuturnya.

Baca juga: Berperan Sebagai Alien di Film 'Gila Lo Ndro', Indro Warkop Tersiksa

"Kalau enggak, enggak ada itu orang-orang yang mau memprovokasi inilah itulah, ganti presiden gampang aja, lu enggak mau dia ya sudah lain kali jangan dipilih, udah gitu aja, enggak usah teriak-teriak ganti presiden menurut saya ya," tutup Indro.

Penulis :
Rifeni