
Pantau - Panglima TNI Laksamana Yudo Margono dan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menjadi wayang dalam peringatan Hari Darma Samudera yang jatuh pada tanggal 15 Desember.
Kegiatan itu digelar oleh TNI AL dengan pagelaran Wayang Orang 'Pandawa Boyong'.
Panglima TNI Jenderal Yudo memainkan peran Bima Sena, sedangkan Kapolri Jenderal Listyo Sigit bakal melakoni tokoh Prabu Puntadewa. Kemudian, diikuti oleh Istri Yudo, Vero Yudo Margono, yang memerankan Dewi Nagagini.
Selain ketiganya, Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Muhammad Ali dipercaya memainkan peran sebagai Batara Baruna. Diikuti oleh Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman yang melakoni sosok Batara Brama. Sementara itu, Kepala Staf Angkatan Undara (KSAU) Marsekal Fadjar Prasetyo memerankan Resi Abayasa.
Dalam konferensi persnya, Yudo Margono menyebut setidaknya ada 400 personal yang turut serta memeriahkan pagelaran ini. Ia menyebut tujuan kegiatan wayang orang ini untuk melestarikan budaya.
"Ini tentunya kita bersama sama juga akan melestarikan budaya asli Indonesia yaitu budaya kesenian wayang, yang merupakan kesenian asli Indonesia," kata Yudo Margono kepada wartawan di Teater Besar Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Minggu (15/1/2023).
Yudo kemudian bercerita soal lakon 'Pandawa Boyong'. Ini mengisahkan babak ketika lima orang ksatria bersaudara boyongan atau pindah dari Alengka yang dikuasai Kurawa ke Astinapura. Kepindahan itu untuk memerdekakan diri dari kekuasaan Kurawa.
Mereka harus berperang melawan Kurawa yang jumlahnya jauh lebih besar dengan punya persenjataan lebih banyak. Namun berkat kesungguhan yang didasarkan niat baik, Pandawa dapat memenangkan perang.
"Hastinapura itu adalah haknya Pandawa, tapi direbut oleh Kurawa sehingga terjadi perang besar dan dimenangkanlah oleh Pandawa. Tentunya di mana-mana angkara murka pasti akan kalah dengan yang melaksanakan dengan jujur, dengan ikhlas," ujarnya.
Yudo menambahkan, pagelaran ini juga merupakan bentuk kerja sama antara TNI dan Polri. Ia menyebut TNI-Polri juga harus bekerja sama dalam mengabadikan budaya-budaya Indonesia.
"Ini sinergitas TNI-Polri, selain menjaga kedaulatan keamanan, melindungi tumpah darah Indonedia, juga sinergitas TNI-Polri melestarikan budaya asli Indonesia," ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Kapolri Jenderal Listyo Sigit juga mengaku bangga lantaran ikut serta dalam pagelaran tersebut.
"Pagelaran ini luar biasa, karena Panglima dan seluruh staf dan perwira tinggi lain dari semua angkatan ikut bergabubg," kata Listyo Sigit.
Dia berharap nantinya pagelaran ini bakal semakin meningkatkan sinergitas antar TNI-Polri. Sebab, Listyo menyebut ada banyak bilai filosofis dalam kegiatan ini.
"Tentunya mudah-mudahan sinergitas TNI-Polri betul-betul memperkokoh program-progam kebijakan dari negara, pemerintah dalam rangka mengawal, mendukung dan mensejahterakan dan membangun Indonesia menjadi lebih baik dan sejahtera," pugkas Listyo.
Kegiatan itu digelar oleh TNI AL dengan pagelaran Wayang Orang 'Pandawa Boyong'.
Panglima TNI Jenderal Yudo memainkan peran Bima Sena, sedangkan Kapolri Jenderal Listyo Sigit bakal melakoni tokoh Prabu Puntadewa. Kemudian, diikuti oleh Istri Yudo, Vero Yudo Margono, yang memerankan Dewi Nagagini.
Selain ketiganya, Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Muhammad Ali dipercaya memainkan peran sebagai Batara Baruna. Diikuti oleh Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman yang melakoni sosok Batara Brama. Sementara itu, Kepala Staf Angkatan Undara (KSAU) Marsekal Fadjar Prasetyo memerankan Resi Abayasa.
Dalam konferensi persnya, Yudo Margono menyebut setidaknya ada 400 personal yang turut serta memeriahkan pagelaran ini. Ia menyebut tujuan kegiatan wayang orang ini untuk melestarikan budaya.
"Ini tentunya kita bersama sama juga akan melestarikan budaya asli Indonesia yaitu budaya kesenian wayang, yang merupakan kesenian asli Indonesia," kata Yudo Margono kepada wartawan di Teater Besar Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Minggu (15/1/2023).
Yudo kemudian bercerita soal lakon 'Pandawa Boyong'. Ini mengisahkan babak ketika lima orang ksatria bersaudara boyongan atau pindah dari Alengka yang dikuasai Kurawa ke Astinapura. Kepindahan itu untuk memerdekakan diri dari kekuasaan Kurawa.
Mereka harus berperang melawan Kurawa yang jumlahnya jauh lebih besar dengan punya persenjataan lebih banyak. Namun berkat kesungguhan yang didasarkan niat baik, Pandawa dapat memenangkan perang.
"Hastinapura itu adalah haknya Pandawa, tapi direbut oleh Kurawa sehingga terjadi perang besar dan dimenangkanlah oleh Pandawa. Tentunya di mana-mana angkara murka pasti akan kalah dengan yang melaksanakan dengan jujur, dengan ikhlas," ujarnya.
Yudo menambahkan, pagelaran ini juga merupakan bentuk kerja sama antara TNI dan Polri. Ia menyebut TNI-Polri juga harus bekerja sama dalam mengabadikan budaya-budaya Indonesia.
"Ini sinergitas TNI-Polri, selain menjaga kedaulatan keamanan, melindungi tumpah darah Indonedia, juga sinergitas TNI-Polri melestarikan budaya asli Indonesia," ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Kapolri Jenderal Listyo Sigit juga mengaku bangga lantaran ikut serta dalam pagelaran tersebut.
"Pagelaran ini luar biasa, karena Panglima dan seluruh staf dan perwira tinggi lain dari semua angkatan ikut bergabubg," kata Listyo Sigit.
Dia berharap nantinya pagelaran ini bakal semakin meningkatkan sinergitas antar TNI-Polri. Sebab, Listyo menyebut ada banyak bilai filosofis dalam kegiatan ini.
"Tentunya mudah-mudahan sinergitas TNI-Polri betul-betul memperkokoh program-progam kebijakan dari negara, pemerintah dalam rangka mengawal, mendukung dan mensejahterakan dan membangun Indonesia menjadi lebih baik dan sejahtera," pugkas Listyo.
- Penulis :
- Fadly Zikry