HOME  ⁄  Lifestyle

Baby Botox, Tren Suntik Anti-penuaan di Kalangan Gen-Z

Oleh Annisa Indri Lestari
SHARE   :

Baby Botox, Tren Suntik Anti-penuaan di Kalangan Gen-Z
Foto: Ilustrasi. (Pixabay)

Pantau - Tren menunjukkan adanya peningkatan minat di kalangan Gen-Z yang mencoba prosedur untuk menunda penuaan.

Seperti dikutip dari New York Post, kini remaja dan gadis berusia awal 20-an mulai menggunakan serum anti-aging, selotip anti-kerut hingga suntik Botox. Semua itu dilakukan demi mendapatkan wajah awet muda sedini mungkin.

Di TikTok, yang sebagian besar penggunanya adalah Gen-Z unggahan dengan tagar yang berhubungan dengan Botox mencapai jutaan views. Tagar #antiaging sudah dilihat 7,9 miliar kali, #botox 10,2 miliar views dan #wrinkles 2,4 miliar views.Paparan media sosial, terutama TikTok, disinyalir menjadi pemicu yang membuat remaja wanita mengutamakan kecantikan di atas segalanya. Media sosial dengan segala kontennya sedikit banyak membuat mereka terus membandingkan diri dengan teman sebaya.

Remaja yang mencoba suntik Botox bahkan ada yang masih berusia 14 tahun. Prosedur yang dilakukan para Gen-Z ini kemudian populer dengan istilah baby Botox.Baby Botox merupakan prosedur suntik botulinum toxin dalam dosis kecil. Suntikan ini akan membekukan otot, mencegah agar wajah tidak banyak bergerak atau terlalu berekspresi -yang dianggap dapat memicu timbulnya kerutan.Gen-Z pun rela merogoh kocek hingga USD1,000 atau sekitar Rp 15,5 juta untuk sekali pertemuan demi mencegah penuaan. Tren ini menimbulkan keprihatinan di kalangan dokter kosmetik dan aestetika, karena suntik Botox yang dilakukan di usia terlalu muda bisa berisiko.Banyak dokter yang menggunakan platform TikTok untuk memberi saran agar tidak melawan penuaan terlalu dini. Salah satunya Dr. Chris Tomassian yang mengatakan bahwa retinol untuk anti-penuaan harus dimulai paling cepat pada akhir usia 20-an.Pakar kecantikan lainnya, Dr. Mundeep Shah, menekankan untuk menunggu suntik Botox setidaknya paling cepat di usia pertengahan 20-an hingga pertengahan 30-an. Jika terlalu dini, tak hanya akan berpengaruh secara fisik tapi juga mental.Mereka akan 'terperangkap' dengan stigma bahwa penuaan adalah sesuatu yang ditakutkan dan harus dihindari. Hal itu bisa berdampak pada bagaimana mereka melihat refleksi diri, selalu merasa kurang-kurang cantik, kurang muda, kurang mulus- sehingga jadi ketergantungan pada prosedur kecantikan.

Penulis :
Annisa Indri Lestari
Editor :
Annisa Indri Lestari