Pantau Flash
HOME  ⁄  Lifestyle

Mengapa Kota Tanjung Pinang Dijuluki Kota Gurindam?

Oleh Latisha Asharani
SHARE   :

Mengapa Kota Tanjung Pinang Dijuluki Kota Gurindam?
Foto: Makam Raja Ali Haji penulis karya sastra "Gurindam Dua Belas" (ANTARA

Pantau - Kota Tanjung Pinang merupakan pusat pemerintahan dan ibu kota Provinsi Kepulauan Riau. Letak kota di Pulau Bintan ini memiliki kepentingan strategis karena terletak di persimpangan perdagangan dan pelayaran global, antara timur dan barat, yaitu Samudera Hindia dan Laut Cina Selatan. 

Kota ini juga dekat dengan Kota Batam sebagai zona perdagangan bebas dan Singapura sebagai World Trade Center. Pulau Penyengat di Tanjung Pinang merupakan tempat makam Raja Ali Haji, seorang penyair abad ke-19 yang terkenal dengan karya sastra "Gurindam Dua Belas". Gurindam adalah sebuah karya sastra terkenal yang mewakili tradisi sastra klasik dan modern bahasa Melayu. Karena itulah kota Tanjung Pinang dijuluki “Kota Gurindam''.

Selain itu, julukan ini juga mewakili kekayaan budaya dan sejarah Melayu Kota Tanjung Pinang. Julukan “Kota Gurindam'' juga diberikan karena erat kaitannya dengan keberadaan Pulau Penyengat, tempat persemayaman raja-raja Riau, salah satunya penyair dan pujangga termasyhur yaitu Bapak Raja Ali Haji.

Visi Kota Tanjung Pinang yaitu  “Tanjung Pinang sebagai kota yang maju, berbudaya dan kaya selaras dengan keberagaman masyarakat sipil”.

Baca juga:

Alasan Kota Padang Panjang dijuluki Kota Serambi Mekah

Alasan Bagansiapiapi Dijuluki Kota Ikan

Penduduk Tanjung Pinang didominasi oleh suku Melayu yang merupakan masyarakat adat dan  suku  dominan di Tanjung Pinang. Di Tanjung Pinang, terdapat  suku Bugis dan Tionghoa yang telah berbaur dengan orang Malaysia selama ratusan tahun dan menjadi penduduk tetap sejak zaman Kesultanan Johor Riau dan Pemukiman Riau. Diketahui bahwa Suku Bugis pertama kali menetap di desa Bugis, dan suku Tionghoa menduduki Jalan Merdeka dan Pagal Batu. 

Sementara itu, pada tahun 1960, masyarakat Jawa mulai berkumpul di Tanjung Pinang. Dan permukiman pertama masyarakat Jawa adalah Kampung Jawa.

Sedangkan, bahasa yang digunakan di Tanjung Pinang adalah bahasa Melayu Klasik, hal ini karena Tanjung Pinang telah menjadi pusat kebudayaan Melayu bersama Singapura sejak zaman Kesultanan Riau Lingga. Oleh karena itu, bahasa Melayu kota ini hampir sama dengan bahasa Melayu yang digunakan di Singapura, Johor, Pahang, Selangor, dan Malaka.

Selain bahasa Melayu Klasik, bahasa Tiochiu dan bahasa Hokkien juga umum digunakan oleh suku Tionghoa di Kota Tanjung Pinang.

Penulis :
Latisha Asharani