Pantau Flash
HOME  ⁄  Lifestyle

Mengapa Korea Selatan Begitu Terobsesi dengan Penampilan Fisik?

Oleh Latisha Asharani
SHARE   :

Mengapa Korea Selatan Begitu Terobsesi dengan Penampilan Fisik?
Foto: Ilustrasi wanita Korea. (Freepik)

Pantau - Kita semua tahu bahwa obsesi terhadap standar kecantikan sangat tertanam dalam masyarakat dan budaya Korea. Di sana, bahkan seorang instruktur golf bisa berpenampilan seperti idola K-pop saat mengajar. 

Bahkan di jalan-jalan dan kafe, salah satu kata-kata pertama yang diucapkan orang Korea ketika mereka bertemu adalah komentar tentang penampilan mereka seperti “Kulitmu putih sekali”, “Kamu jadi langsing”. Ini karena mengomentari penampilan orang adalah hal yang lumrah di Korea.

Di media sosial, mereka terobsesi untuk tampil imut dan seksi, sering kali dengan bantuan filter dan efek khusus. Orang-orang berusia 50 tahun lebih membanggakan tubuh dan wajah mereka yang mirip dengan usia 20-an, dan para pengikutnya terpesona melihat penampilan muda mereka.

Melansir dari The Korea Times, 9 dari 10 warga Korea mengatakan “penampilan itu penting dalam hidup” dalam jajak pendapat tahun 2020 yang dilakukan oleh Gallup Korea. Bahkan 4 dari 10 pelamar kerja mengatakan mereka mengalami diskriminasi berdasarkan penampilan saat mencari pekerjaan, menurut jajak pendapat tahun 2020 yang dilakukan oleh Career, sebuah portal pekerjaan. 

Selain itu, lebih dari sepertiga pekerja kantoran perempuan di Korea mengatakan bahwa mereka pernah mengalami komentar ofensif dari rekan kerja dan atasan mereka mengenai penampilan mereka, menurut survei yang dilakukan pada Maret 2024 oleh sebuah kelompok masyarakat. Cerita tentang pelanggaran dan diskriminasi berdasarkan penampilan juga sering kita dengar terjadi di Korea Selatan. 

Lookism memang ada di berbagai negara lain, namun Korea menduduki peringkat teratas. Hal ini mungkin disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor diantaranya: 

  • Budaya tradisional Konfusianisme yang menghargai penampilan, tata krama, dan status sosial
  • Pengaruh K-pop dan industri hiburan yang cukup baru
  • Budaya ultra-kompetitif terhadap yang terbaik baik dalam hal kekayaan, pendidikan, atau penampilan. 

Sumber: The Korea Times
 

Penulis :
Latisha Asharani