
Pantau – Era teknologi yang semakin berkembang membuat masyarakat dari berbagai kalangan dan berbagai usia dapat dengan mudah menggunakan teknologi, tak terkecuali anak di bawah umur.
Keberadaan teknologi memang bermanfaat untuk membantu kita mempermudah pekerjaan sehari-hari. Namun, tak jarang juga beberapa orang menggunakan teknologi secara berlebihan dan dengan cara yang salah. Contohnya adalah kecanduan game online yang marak di kalangan anak muda era saat ini.
Banyak kasus anak yang kecanduan bermain gadget hingga lupa belajar dan waktu istirahat. Meskipun begitu, masih ada beberapa anak yang memanfaatkan gadget dengan baik seperti mengerjakan tugas, berkomunikasi dengan orang tuanya, menambah pengetahuan dan sebagai sarana anak-anak untuk berteman juga bersosalisasi.
Beragamnya jenis game online membuat minat anak-anak terhadap teknologi gadget semakin meningkat. Rutinitas anak-anak yang biasanya bermain bola usai pulang sekolah, tergantikan dengan mereka yang memainkan game online.
Baca juga: 180 Juta Gamers di RI, Yuk Kenali Keuntungan dan Kerugian Main Game Online
Game online hadir dengan berbagai fitur menarik, tak jarang juga game online dapat menambah kreativitas anak. Nyatanya, game online dapat berdampak buruk apabila tidak dilakukan pengawasan orang tua. Banyaknya konsep game online yang disediakan membuat anak-anak memilih meluangkan waktu dengan bermain game online.
Kecanduan game online tak hanya mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Kecanduan game online juga mempengaruhi motivasi belajar anak. Hampir sebagian dari mereka yang memainkan game online, mengalami penurunan motivasi pada saat belajar.
Menurut Azies (2011) sebagaimana dikutip Jurnal Holistik, aktivitas positif yang pada umumnya berkurang dikarenakan anak-anak yang ketergantungan dengan game online. Ketergantungan itulah yang membuat motivasi belajar dan waktu belajar mereka berkurang.
Beberapa game online menyediakan konsep dimana para penggunanya berkompetisi, apabila tidak dibatasi hal tersebut dapat menjadi referensi anak sehingga dapat mengubah pola pikir anak.
Baca juga: KemenPPPA Imbau Orang Tua agar Waspadai Modus Grooming Anak pada Game Online
“Jika game online itu tipe yang agresif atar ada unsur kekerasannya, maka itu akan menjadi role model baru bagi anak,” jelas Novi Poespita Candra, Psikolog Anak dan Pendidikan UGM, dikutip dari rri.co.id.
Selain memberikan dampak negatif kepada kegiatan sehari-hari dan pola pikir anak, memainkan game online juga dapat menimbulkan kelelahan pada fisik. “Selain itu juga ada bahaya radiasi dari gadget atau layar terhadap mata. Bahkan bisa juga menyebabkan kanker dan kelainan struktur tubuh.” lanjut Novi.
Karena itu, digital parenting penting untuk mengatasi kecanduan game online pada anak. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan:
- Memberi batasan terhadap penggunaan gadget.
- Membuat jadwal anak untuk kapan bermain dan kapan belajar.
- Selalu mengawasi kegiatan sang anak saat bermain gadget.
- Mengecek game apa yang dimainkan anak.
- Memberi teguran tegas pada anak pada saat sulit diberitahu.
Dampak dari kecanduan gadget sudah banyak terjadi di lingkungan masyarakat, salah satunya terjadi di Kecamatan Doko, Blitar. Remaja berusia 17 tahun berinisial SAN melakukan aksi gantung diri di tangga rumahnya yang menuju lantai dua. Korban ditemukan tewas oleh orang tuanya yaitu S (44) dan AW (43) usai mereka berpergian ke kota Blitar. Korban menggantung dirinya menggunakan kabel dan tubuh korban langsung diturunoan oleh orang tua dan saksi.
Baca juga: Pengakuan Mengejutkan Anak Kecanduan Game Online hingga Masuk RSJ
"Kami mendapatkan laporan dari Polsek Doko, terkait peristiwa bunuh diri yang dilakukan korban di dalam rumahnya sekitar pukul 13.00 WIB. Korban merupakan SAN (17), dengan status pelajar," kata Kasi Humas Polres Blitar Iptu Heri Irianto, Sabtu (15/6/2024).
Penyebab korban melakukan tindakan gegabah hanya karna orang tuanya menyita handphone miliknya. SAN merupakan salah satu korban kecanduan bermain game online, dia mengurung dirinya di dalam usai HPnya disita. Usai melakukan evakuasi, pihak kepolisian menawarkan untuk melakukan otopsi namun pihak keluarga menolak dan memilih untuk menganggap kejadian tersebut sebagai musibah.
Atas kejadian tersebut, pihak kepolisian Blitar menghimbau masyarakat khususnya orang tua untuk menjadikan kejadian ini sebagai pelajaran untuk kedepannya. Berharap setelah ini banyak orang tua yang lebih protektif terhadap pengawasan kepada anak-anak mereka dan menjadi orang tua dekat untuk buah hati mereka.
Laporan: Siti Nazwa Aprillia, Keyzia Ilunia Anatatya, Gita Andini
- Penulis :
- Latisha Asharani
- Editor :
- Latisha Asharani