
Pantau - Istilah generasi sandwich merupakan istilah yang dipopulerkan oleh Dorothy A. Miller pada tahun 1981, seorang profesor dari Amerika Serikat sekaligus direktur praktikum di Universitas Kentucky.
Meskipun teori ini sudah cukup lama ada, namun baru populer pada tahun 2000-an sebab julukan ini diberikan kepada orang dewasa baik perempuan maupun laki-laki dengan rentan usia 30-40 tahun.
Fenomena ini dianalogi seperti sebilah daging yang terhimpit oleh dua buah roti. Roti tersebut diibaratkan orang tua generasi atas dan anak generasi atas, sedangkan isian toping didalamnya sebagai replika diri sendiri yang terhimpit oleh roti.
Istilah sandwich kemudian muncul menggambarkan keadaan seorang anak yang baru saja lulus sekolah kemudian harus menopang kebutuhan diri sendiri, orang tua dan anaknya.
Faktor Kemunculan Generasi Sandwich
Banyak faktor yang menyebabkan kemunculan fenomena generasi sandwich terjadi, mengutip dari laman ojk.go.id, perencanaan yang kurang baik dari orang tua seperti dana pensiun, tabungan, hingga gaya hidup hedonisme berpotensi menyebabkan anak menjadi generasi sandwich, yang dikemudian hari harus menghidupi tiga generasi secara langsung.
Kondisi tersebut didukung oleh survei yang dilakukan secara daring oleh Data Indonesia.id. dengan mengambil sampel 472 responden dari generasi Zoomer (Z) pada tanggal 1 Agustus - 22 Oktober 2023, sebanyak 46,3 persen generasi Z di Indonesia menjadi generasi sandwich yang harus menghidupi tiga generasi secara bersamaan.
Besarnya tekanan keuangan hingga masa depan sering menjadi persoalan generasi sandwich terkena berbagai permasalahan kesehatan mental, seperti stres dan burnout kecemasan, hingga depresi. Hal itu terjadi karena banyak dari mereka yang tidak dapat memiliki banyak waktu luang untuk sekedar melepas diri dari hiruk-pikuk dunia.
Dengan data yang ada menjadi generasi sandwich merupakan beban yang sangat berat, ibarat sebuah granat yang bertebaran, kapan saja bisa meledak apabila diinjak. Mereka yang baru memasuki dunia kerja merasa tertekan karena banyaknya tuntutan yang ada namun gaji sangat minim untuk bisa memenuhi kebutuhan keluarga, terlebih mereka harus menghidupi tiga generasi secara langsung. Pekerjaan dari sektor formal untuk generasi Z yang tidak mampu menopang biaya hidup untuk tiga generasi.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2020 jumlah generasi sandwich menyentuh angka 71 juta. Bahkan, 8,4 juta penduduk diantaranya harus menanggung kehidupan keluarganya, mirisnya berdasarkan informasi yang sama dari data BPS pendapatan bulanan mereka hanya menyentuh 1,7 juta - 2,7 juta. Dengan penghasilan seperti itu, mereka harus berakrobat untuk menutupi semua kebutuhan. Keadaan tersebut mengakibatkan penduduk produktif seperti generasi Z yang harusnya bisa menabung untuk masa depannya sendiri, justru sebagian penghasilannya harus disisihkan untuk menopang perekonomian keluarga, kondisi tersebut menyebabkan mereka tak memiliki kemandirian finansial.
Dampak Menjadi Generasi Sandwich
Masyarakat Indonesia sendiri sudah terbiasa dengan fenomena generasi sandwich, bantuan ekonomi untuk orang tua, saudara kandung, dan keluarga besar dianggap sebagai suatu hal yang lumrah, hal itu dijadikan oleh sebagian masyarakat bentuk balas budi kepada orang tua yang telah membesarkannya, kondisi ini kemudian memberikan dampak kepada penduduk usia produktif untuk meninggalkan warisan yang sama kepada anak - anaknya karena mereka tidak dapat mengatur keuangan untuk menabung ataupun berinvestasi menunjang jaminan hari tua, tak jarang keadaan ini terus berulang dari generasi ke generasi.
Bagaimana Cara Memutus Mata Rantai Generasi Sandwich?
Fenomena generasi sandwich tidak serta merta dapat diputus secara langsung, keadaan ini harus menjadi perhatian bagi berbagai kalangan diantaranya ada peran pemerintah dalam memperkuat sistem pendidikan, terutama dalam bidang literasi keuangan, dengan begitu generasi muda dapat mengambil keputusan yang bijak dan terencana dibarengi dengan kesesuaian dalam memberikan upah kepada karyawan dengan harga kebutuhan pokok. Pemerintah juga dapat memberikan jaminan hari tua bagi masyarakat lansia sehingga para generasi sandwich tidak harus sepenuhnya menanggung beban hidup keluarganya.
Menghindari kehidupan yang terlalu konsumtif merupakan salah satu cara yang bisa dilakukan yaitu menghindari membeli barang yang tidak begitu diperlukan, serta memiliki tabungan untuk dana darurat, setiap individu juga harus saling gotong royong apabila ada masyarakat yang kesulitan harus saling membantu, sehingga memutus stigma bahwa beban perekonomian diberikan kepada satu orang saja.
Laporan: Bayu Aji Pamungkas
- Penulis :
- Latisha Asharani