billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Lifestyle

Tara Cochran Kampanyekan Inklusivitas Kostum Halloween: “Anak-anak Hanya Ingin Bermain”

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Tara Cochran Kampanyekan Inklusivitas Kostum Halloween: “Anak-anak Hanya Ingin Bermain”
Foto: (Sumber: Ilustrasi - Sejumlah anak mengikuti parade kostum Halloween di Denpasar, Bali, Kamis (31/10/2024). ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/rwa..)

Pantau - Menjelang perayaan Halloween, influencer dan ibu dua anak, Tara Cochran, menyuarakan pentingnya kebebasan anak memilih kostum apapun tanpa batasan gender sebagai bentuk ekspresi diri dan pembelajaran inklusivitas sejak dini.

Inklusivitas Kostum untuk Semua Anak

Tara Cochran, yang dikenal lewat akun @thecochranfam di media sosial, membagikan momen percakapan bersama putrinya yang berusia lima tahun dalam sebuah video viral yang ditonton lebih dari satu juta kali.

Dalam video tersebut, Tara menanyakan, "Kami akan pergi ke acara Halloween pertama kami minggu ini. Kira-kira untuk siapa Halloween?"
Putrinya menjawab, "Bukankah untuk semua orang?"
Tara pun menegaskan, "Ya."

Putrinya saat itu mengenakan rambut kepang seperti karakter Rumi dari film K-Pop Demon Hunters.

Tara melanjutkan percakapan dengan berbagai pertanyaan seputar kostum:
"Saat kita keluar untuk trick-or-treat, jika kamu melihat seorang gadis berkostum Superman, apa yang akan kamu katakan?"
Putrinya menjawab, "Wow, itu keren!"

"Jika kamu melihat seorang gadis berkostum Hulk?"
Putrinya berkata, "Saya suka otot Anda."

"Bagaimana jika kamu melihat seorang anak laki-laki dengan kostum Moana?"
Putrinya menjawab, "Yah, menurutku, aku suka dayungmu."

Bagi Tara, percakapan tersebut mencerminkan bahwa anak-anak memiliki pemahaman yang lebih terbuka jika diberi ruang untuk berpikir bebas dan tanpa stigma.

"Ketika anak-anak berdandan untuk Halloween, mereka berdandan sebagai pahlawan, karakter favorit mereka, dan siapa yang peduli apa jenis kelamin karakter itu? Jika Anda menyukainya, pakailah," ungkapnya.

Membesarkan Anak dengan Pola Asuh Terbuka

Dalam wawancara dengan People, Tara mengungkapkan bahwa ia dan suaminya tumbuh dalam kemiskinan dan tidak selalu memiliki kostum baru saat kecil.

Kini, mereka berkomitmen membesarkan anak-anak dengan nilai bahwa siapa pun bisa menjadi apapun, baik saat Halloween maupun dalam kehidupan nyata.

Ia menyayangkan masih banyak orang tua yang melarang anak laki-laki memakai kostum karakter perempuan atau bermain dengan boneka Barbie.

Menurut Tara, pola pikir seperti itu tidak sehat karena anak-anak hanya bermain, dan warna atau mainan tidak memiliki jenis kelamin.

"Saya ingin kedua anak saya memiliki kepribadian yang kuat, percaya diri, benar-benar mandiri, dan stabil secara emosional," ujarnya.

Tara juga pernah membiarkan putrinya berdandan sebagai Spider-Man lengkap dengan kostum berotot saat Halloween, yang menurutnya sangat wajar.

Ia mengakui bahwa pendekatan pengasuhan terbuka ini tidak datang secara alami, melainkan hasil dari perjuangan hidup yang panjang.

Tara meninggalkan rumah pada usia 17 tahun, dan memulai perjalanan di media sosial sejak 2020 setelah berhenti bekerja di rumah sakit akibat kelelahan.

"Saya mendokumentasikan peran sebagai ibu dari sudut pandang menjadi orang tua yang pertama kali memutus siklus," katanya.

Kontennya fokus pada keseharian membesarkan anak secara realistis, termasuk keindahan dan tantangan yang dihadapi.

Ia menekankan pentingnya komunikasi terbuka dengan anak-anak.

"Pesan saya secara keseluruhan kepada orang-orang hanyalah berbicara dengan anak-anak Anda dengan segala cara yang memungkinkan. Bicaralah dengan mereka seperti mereka mampu memahami," ujarnya.

Tara ingin menciptakan ruang aman bagi anak-anaknya agar mereka tidak merasa takut untuk datang kepadanya dalam situasi sulit.

"Saya ingin mereka tahu bahwa jika sesuatu terjadi pada mereka, naluri pertama mereka bukanlah 'Ya Tuhan, saya ingin merahasiakan ini dari ibu', tetapi 'Ya Tuhan, panggil ibu karena dia akan tahu apa yang harus dilakukan'," tegasnya.

Penulis :
Ahmad Yusuf