Pantau Flash
HOME  ⁄  Lifestyle

Menbud Fadli Zon Dorong Penguatan Kuratorial dan Konservasi Benteng Moraya sebagai Open Air Museum

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Menbud Fadli Zon Dorong Penguatan Kuratorial dan Konservasi Benteng Moraya sebagai Open Air Museum
Foto: (Sumber : Menteri Kebudayaan Fadli Zon. ANTARA/HO-Kementerian Kebudayaan.)

Pantau - Menteri Kebudayaan Fadli Zon menegaskan perlunya penguatan kuratorial, konservasi, dan narasi sejarah agar Benteng Moraya di Minahasa berkembang sebagai open air museum yang profesional dan menarik.

Penguatan Narasi Sejarah dan Potensi Benteng Moraya

“Penataan yang baik serta interpretasi yang kuat akan menjadikan Benteng Moraya pusat pembelajaran sejarah yang hidup, bukan hanya bagi warga Minahasa tetapi seluruh Indonesia,” ungkapnya.

Pernyataan itu disampaikan Fadli Zon saat mengunjungi tiga situs budaya Minahasa yaitu Pauwungan Nirawani, Makam Kyai Mojo, dan Benteng Moraya yang merepresentasikan budaya, sejarah, spiritualitas, dan identitas masyarakat Minahasa.

Benteng Moraya yang menghadap Danau Tondano dinilai memiliki potensi besar sebagai ruang edukasi publik serta pusat kegiatan budaya.

Saat meninjau Makam Kyai Mojo, Fadli menegaskan kontribusi besar Kyai Mojo dalam perjuangan bangsa, penyebaran nilai keagamaan, dan budaya, serta menyampaikan bahwa pemerintah tengah mengkaji usulan pemberian gelar Pahlawan Nasional bagi tokoh tersebut.

“Beliau adalah figur yang pengabdiannya terus dirasakan hingga hari ini. Kami sedang mempelajari langkah-langkah pengusulan gelar Pahlawan Nasional bagi beliau,” ujarnya.

Pelestarian Tradisi Minahasa dan Dokumentasi Budaya

Menbud juga meninjau Pauwungan Nirawani, balai adat milik tokoh budaya Minahasa Tonaas Rinto Taroreh yang berfungsi sebagai pusat pelestarian pusaka dan tradisi ksatria Minahasa.

Ia melihat berbagai koleksi pusaka yang dirawat turun-temurun, termasuk tombak peninggalan Perang Tondano 1808–1809 dan pusaka leluhur yang digunakan dalam menghadapi Spanyol dan Belanda.

Fadli Zon turut menyaksikan tradisi lisan Mahrani, sebuah syair yang dibawakan para ibu pewaris tradisi lisan Minahasa yang kini semakin langka.

“Tradisi seperti Mahrani harus kita dokumentasikan sebagai warisan budaya agar tidak hilang,” katanya.

Rangkaian kunjungan kerja ini disebut sebagai langkah strategis pemerintah untuk memperkuat identitas budaya Minahasa, merawat jejak perjuangan leluhur, serta memastikan warisan budaya tetap hidup dan diwariskan kepada generasi mendatang.

Penulis :
Aditya Yohan