
Pantau - Perpustakaan Nasional (Perpusnas) berhasil melakukan repatriasi 42 naskah kuno Nusantara milik almarhum Dr Timothy Behrend, filolog dan pakar studi Jawa asal Auckland, Selandia Baru, dalam upaya pelestarian dan pengembalian warisan budaya ke tanah air.
Naskah Langka Jawa, Bali, dan Sasak Kembali ke Indonesia
Koleksi yang dipulangkan terdiri atas naskah-naskah Jawa, Bali, dan Sasak yang ditulis di atas media tradisional seperti kertas Eropa, daluang, dan lontar.
Beberapa naskah penting yang termasuk dalam koleksi ini antara lain Serat Yusup (1814), Serat Ambiya, Serat Rama, Serat Cabolek (1947), Babad Mataram, dan Menak Yasadipura.
Naskah-naskah tersebut mencerminkan luasnya minat ilmiah Behrend terhadap tradisi manuskrip Nusantara.
Kepala Perpusnas, E. Aminudin Aziz, menyampaikan apresiasinya kepada keluarga Behrend.
“Kami berterima kasih kepada keluarga Pak Tim yang telah menyerahkan naskah dan koleksi langkanya ke Perpusnas. Semoga di rumah barunya di Indonesia, koleksi ini dapat dimanfaatkan masyarakat luas,” ungkapnya.
Penyerahan naskah dilakukan langsung oleh istri almarhum, Maren Behrend, kepada Kepala Perpusnas pada Senin (24/11/2025) di kediaman keluarga di Auckland.
Repatriasi ini terlaksana melalui komunikasi intensif antara Perpusnas dan keluarga Behrend, didukung oleh Direktorat Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri serta KBRI Wellington.
Warisan Akademik dan Dedikasi Seorang Filolog
Dr Timothy Earl Behrend lahir di Cleveland, Ohio, AS pada 17 Maret 1954.
Ketertarikannya terhadap tradisi Jawa tumbuh melalui perjalanan akademik di Solo, Leiden, dan Amsterdam.
Disertasi doktoralnya di Australian National University berjudul The Serat Jatiswara menjadi kontribusi penting dalam kajian filologi Jawa.
Pada periode 1990–1993, Behrend memimpin proyek pemikrofilman naskah Nusantara dan menyusun Data Naskah Nusantara—basis data yang kini menjadi rujukan utama dalam penelitian filologi.
Pada September 2024, Behrend menyatakan niat menghibahkan naskahnya kepada Perpusnas, dengan keinginan untuk menyelesaikan deskripsi seluruh koleksinya terlebih dahulu.
Namun, setelah didiagnosis kanker stadium akhir, ia tetap berusaha menuntaskan deskripsi hingga wafat pada 13 Agustus 2025.
Pada 28 Agustus 2025, keluarga Behrend menghubungi Perpusnas untuk meneruskan amanat almarhum.
“Tim berharap naskah dan koleksi lainnya dapat diserahkan ke Indonesia. Koleksinya sekitar 4.000 item, dan selain Tim, tidak ada yang bisa merawatnya,” kata Maren Behrend.
Koleksi Akan Didigitalisasi dan Diperkenalkan ke Publik Lewat Pameran
Selain 42 naskah kuno, Perpusnas juga menerima buku-buku langka serta majalah lama, termasuk Majalah Djawa edisi awal tahun 1921 dan Review of Indonesian and Malaysian Affairs (RIMA).
Semua koleksi akan didaftarkan, dikonservasi, dan didigitalisasi untuk dimasukkan ke dalam platform digital Khastara (Naskah Nusantara).
Perpusnas juga berencana menggelar pameran khusus untuk memperkenalkan koleksi peninggalan Timothy Behrend kepada masyarakat luas.
Aminudin berharap repatriasi ini menjadi langkah awal bagi upaya pengembalian naskah-naskah Nusantara lainnya, baik dalam bentuk fisik maupun digital, sehingga dapat diakses oleh publik dan menjadi bagian dari khazanah ilmu pengetahuan nasional.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf







