
Pantau.com - Diet Mediterania atau pola makan yang dianut masyarakat Yunani dan Italia mulai populer dilirik di Indonesia. Diet ini menjadi sorotan karena kita tetap bisa mengonsumsi minyak serta lemak, tapi tidak membuat gemuk dan tetap sehat.
Dijelaskan Nutrisionis atau Ahli Nutrisi bernama Emilia Achmadi, hal ini karena diet tersebut mengandalkan substitusi atau pengganti zat yang dibutuhkan tubuh dengan melihat kadar atau kandungan jenis makanan.
Maksudnya, jika selama ini karbohidrat hanya ada pada nasi dan gandum, maka tidak dengan anggapan masyarakat Mediterania, karena sayur dan buah juga ada yang mengandung karbohidrat.
Baca juga: Muncul Diet Planet, Apa Itu?
"Kalau kita lihat Mediteranian diet banyak menggunakan sayuran. Sayur itu orang kalau bicara karbohidrat orang bicaranya nasi, kentang. No, no, sayur juga masuk kategori karbohidrat, kemudian buah juga masuk kategori karbohidrat," kata Emilia.
Sedangkan diet Mediterania mengandalkan keseimbangan makro nutrisi atau mengandung nutrisi penuh. Misalnya jika kita butuh karbohirat dan ingin makan roti, roti haruslah mengandung tepung gandum. Di Indonesia dan kebanyakan negara asia lainnya, kebanyakan roti mengandung tepung gandum putih yang sudah diolah berkali-kali.
"Sehingga seratnya kulit arinya sudah tidak ada, jadi sehingga komponen seratnya udah enggak ada," tuturnya.
Selanjutnya protein, dalam diet ini proteinnya dikenal dengan sebutan lean protein, atau protein yang tidak terlalu banyak diolah serta tidak ditambahkan lemak secara berlebihan.
"Tapi dengan sendirinya mengandung lemak yang cukup di dalam produknya. Contohnya apa, mediterianian diet itu banyak mengonsumsi makanan laut, seafood, ikan udang, cumi, dan lain-lain sebagainya," sambungnya.
Baca juga: Kenapa Sih Diet Mediterania Populer Banget?
Eits, salah jika kamu sudah ketakutan melihat deretan menu tersebut, karena sebenarnya makanan laut kaya akan gizi. Tapi sayang tak banyak yang bisa mengolahnya, justru malah menghilangkan nutrisi atau bahkan menambah kadar lemak.
"Bagaimana mereka mengolahnya, mereka gunakan olive oil dan kemudian sedikit di-grill (panggang), menggunakan olive oil kemudian masuk oven, dan tidak begitu banyak manupulasi. Jadi jenis proteinnya berkualitas dan juga tidak diberi tambahan lemak berlebihan," jelas Emilia.
Nikmatnya diet ini tidak melarang keju, yang biasanya dilarang kebanyakan jenis diet, karena mengandung lemak yang tinggi. Padahal efeknya akan berbeda jika lagi-lagi mengolahnya dengan olive oil dan kembali ditambah olive oil saat menghidangkannya.
"Jadi komponen ketiganya (karbohidrat, protein, dan lemak) ada, standar mungkin kalau karbohiratnya antara 40 sampai 50 persen kemudian proteinnya sekitar 20 sampai 25 persen, lemaknya bisa antara 30 sampai 35, jadi sebenernya bukan low fat (rendah lemak) diet dan ini membuktikan bahwa low fat diet tidak selalu menyehatkan," pungkasnya.
- Penulis :
- Adryan N