
Pantau.com - Disinggung mengenai kejadian sadis yang dilakukan sekumpulan anak perempuan di bawah umur di Pontianak, Kalimantan, terhadap anak lainnya bernama Audrey, ditanggapi dengan sedih oleh Dokter Spesialis Anak, Dr.Utami Roesli, SpA,CIMI, FABM yang ia perkirakan saat kecilnya tidak disusui dengan benar.
"Jadi hal-hal itu (anak berbuat sadis), seperti itu saya penasaran sekali berapa kali sih dia disusui dalam sehari. Kan angka menyusui di kita kan enggak begitu bagus sekarang ini," ujar Dr.Utami dalam acara Diskusi Pijat Bayi bersama Johnson's di RS St.Carolus, Salemba, Jakarta Pusat, Rabu (10/4/2019).
Baca juga: Audrey, Kareena Kapoor Mendukungmu!
"Berapa lama ibu mereka menyusui. Karena kalau disusui dengan benar, itu ternyata (ber)kurang mental health yang jeleknya. Ini yang ingin saya tunjukkan, bukan mau meremehkan anak," sambungnya.
Dr. Utami mengatakan, dalam literatur penelitian di Australia yang ia baca, mental seorang anak hingga dewasa atau di bawah usia 14 tahun sangat dipengaruhi oleh proses kualitas menyusui ibu saat anak di usia dua tahun.
"(Penelitian) di Australia tahun 2010 dicatat, hamil begitu dia lahir didata sampai umur 14 tahun. Sampai sekarang mereka masih punya data. Nah, pada usia 14 tahun mereka buka, anak yang tidak disusui dengan benar ternyata mempunyai kecenderungan untuk kesehatan mentalnya tidak sebagus anak-anak yang di-ASI," jelasnya.
Baca juga: Kasus Audrey Ingatkan Pentingnya Pendidikan Karakter Sejak Dini
Tidak hanya kualitas ASInya yang disoroti Dr.Utami, juga bagaimana proses menyusui itu terjadi, seperti proses sentuhan kulit atau skin to skin, tatapan mata atau eye to eye, serta pelukan yang akan membuat anak nyaman dan merasa disayangi, sehingga akan mempengaruhi mentalnya hingga ia dewasa.
"Mungkin bukan ASInya saja, tapi the skin to skin. Makanya tadi, menyusui tiga keuntungan, memberikan ASI perah cuma satu keuntungan. Jadi memberikan ASI perah harus atas indikasi, enggak bisa kayak tadi, sekedar memberi ASI," paparnya.
- Penulis :
- Rifeni