HOME  ⁄  Lifestyle

Mengenal 5 Metode Penetapan 1 Syawal, Idul Fitri 1440 Hijriyah

Oleh Nani Suherni
SHARE   :

Mengenal 5 Metode Penetapan 1 Syawal, Idul Fitri 1440 Hijriyah

Pantau.com - Hampir satu bulan penuh umat Islam menjalankan ibadah puasa Ramadhan, dan nantinya pemerintah akan menggelar sidang isbat untuk menentukkan 1 Syawal, umat Islam akan segera merayakan hari raya Idul Fitri.

Tapi tahukah, kalau penetapan awal bulan kalender Islam itu bermacam-macam loh. Berdasarkan hasil rangkuman Pantau.com dari karya tulis Muh. Hadi Basori 'Penanggalan Islam' terbitan Elex Media Komputindo tahun 2013, ada lima metode pergantian bulan Islam.

1. Pasang Surut Air Laut


Ilustrasi (Foto: Pixabay)

Disadari atau tidak saat terjadinya pergantian bulan atau ijtimak, lahirnya bulan baru, maka air laut akan pasang atau permukaan air laut yang naik.

Pasang terbesar dalam kurun waktu sebulan terjadi saat pergantian bulan. Pasang terbesar kedua terjadi pada bulan purnama atau bulan bulat seutuhnya, yang menandakan pertengahan  bulan.

Sementara itu, pasang surut air laut sendiri terjadi akibat adanya pergerakan dari benda-benda langit, seperti bulan, matahari, dan bumi. Tapi dibanding matahari, pergerakan bulan sangat mempengaruhi gelombang massa air karena jarak bulan yang lebih dekat dengan bumi.

2. Hisab atau perhitungan pergerakan bulan


Ilustrasi (Foto: Pixabay)

Metode ini diadopsi banyak ormas termasuk Muhammadiyah, yang sejak dulu menetapkan awal dan akhir bulan Islam berdasarkan perhitungan bulan atau hari. 

Cara ini cenderung lebih mudah, karena tidak harus repot-repot mengamati air laut dan bentuk bulan di langit, tapi cukup menghitung, karena peredaran waktu yang dibuat Allah selalu teratur dan tetap.

Baca juga: Terkuak! Ini Alasan Sang Ayah Sematkan Nama Kristiani untuk Bu Ani

3. Hisab Aboge atau perhitungan budaya jawa


Ilustrasi (Foto: Pixabay)

Metode yang hanya dilakukan di Indonesia, ini lantaran sebelum ada kalender masehi dan pengetahuan kalender islam, masyarakat Indonesia lebih dulu menggunakan perhitungan adat Jawa atau kalender Saka berdasarkan perhitungan agama hindu, setelah islam masuk maka berganti menjadi kalender Jawa Islam.

Sayangnya dalam praktiknya, masyarakat banyak yang berbeda pendapat, namun masih banyak pula yang memang kuat ajaran ini karena mengikuti leluhur atau nenek moyang yang mereka anggap jika mengikutinya akan memberikan keselamatan dunia dan akhirat, sehingga mereka tidak lagi mengikuti penanggalan pemerintah. 

Masyarakat kalender Jawa Islam ini, masih banyak bertempat di kabupaten dan kecamatan Jawa, seperti Banyumas, Probolinggo, Jombang dan lain-lain.

Baca juga: Sore Ini, Pemerintah Gelar Sidang Isbat Penentuan Hari Raya Idul Fitri

4. Rukyat hilal atau pengamatan hilal


Ilustrasi (Foto: Pixabay)

Ini kerap dilakukan mayoritas masyarakat di Indonesia yang tergolong ormas Nahdlatul  Ulama (NU) yang mengikuti pemerintah. Sementara itu pemerintah sendiri pada sore hari sejak pukul 17.00 WIB, untuk menentukan 1 Syawal, di hari ke-29 puasa akan melakukan pengamatan hilal dibeberapa daerah, untuk mengamati apakah sudah terjadi ijtimak atau bulan baru.

Jika sudah ada ijtimak maka dipastikan esok hari adalah 1 Syawal atau hari raya Idul Fitri. Sedangkan jika belum ada maka dipastikan puasa akan digenapkan 30 hari, atau lusa baru perayaan Idul Fitri. 

Hal ini berdasarkan hadits nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan Bukhari Muslim.

"Berpuasalah kamu jika melihat hilal (Nya) dan berbukalah jika melihat hilal (Nya), Dan jika terhalang awan, maka cukupkanlah bilangan sya'ban (bulan) itu 30 hari,".

5. Hisab Imkan Rukyat


Ilustrasi (Foto: Pixabay)

Metode ini adalah jalan tengah dan titik temu metode perhitungan bulan dan pengamatan hilal atau bulan. Praktiknya dilakukan dengan melihat pengamatan dan perhitungan hilal pada batas angka minimum tertentu.

Di Indonesia, penentuan ini berdasarkan kriteria yang dikeluarkan MABIMS (Majelis Agama Brunei Darussalam-Indoneisa-Malaysia), yang terdiri : 

- Pada saat matahari terbenam, ketinggian bulan di atas cakrawala minimum 2 derajat, dan sudut lengkung bulan-matahari minimum 3 derajat.

- Pada saat bulan terbenam, usia bulan minimum 8 jam, dihitung sejak ijtimak. 

Penulis :
Nani Suherni