Pantau Flash
HOME  ⁄  Lifestyle

Hati-Hati, Anak yang Sering Dibohongi Berpotensi Jadi...

Oleh Lilis Varwati
SHARE   :

Hati-Hati, Anak yang Sering Dibohongi Berpotensi Jadi...

Pantau.com - Entah disadari atau tidak, orang tua kerap kali membohongi anaknya untuk alasan tertentu. Misalnya, orang tua sering kali berbohong si anak akan ditangkap pak polisi jika bertingkah nakal. 

Atau pun menggunakan kebohongan dengan mitos-mitos seperti, "kalau makan gak habis nanti nasinya nangis", juga "jangan duduk dekat pintu nanti jodohnya jauh".  Tindakan sederhana seperti itu ternyata bisa berdampak bagi anak hingga mereka dewasa loh. 

Penelitian di Singapura membuktikan bahwa anak-anak yang pada masa kecil kerap dibohongi oleh orangtuanya akan menjadi pembohong pada saat dewasa. Termasuk berbohong kepada orangtuanya sendiri.

Penelitian ini dilakukan oleh Nanyang Technological University Singapore (NTU Singapore) bekerja sama dengan University of Toronto di Kanada, University of California di AS, serta Zhejiang Normal University di China.

Baca juga: Begini Cara Mudah Kenali Ciri-ciri Pembohong

Penelitian tersebut dimuat dalam Journal of Experimental Child Psychology ini dipimpin oleh Assistant Professor of Social Sciences NTU Singapore, Setoh Peipei.

“Kebohongan dalam mendidik anak mayoritas dilakukan karena sulitnya menjelaskan sesuatu hal yang kompleks. Namun, perilaku seperti itu bisa memberikan pesan-pesan tersembunyi kepada anak. Kebohongan yang dilontarkan orangtua bisa jadi melekat pada anak,” tutur Setoh seperti dikutip dari Science Daily.

Penelitian ini dilakukan kepada 379 orangtua muda Singapura dengan mengisi empat jenis kuisioner via online. Kuisioner pertama adalah tentang kebohongan yang dilakukan terkait makanan, pergi atau tinggal, dan mengeluarkan uang. 

Beberapa contoh kebohongan antara lain “kalau tidak ikut dengan kami (orangtua) sekarang, saya akan meninggalkanmu sendiri” serta “kami sedang tidak membawa uang, kita kembali lagi lain waktu”.

Kuisioner kedua adalah mengenai seberapa sering orangtua berbohong kepada anak mereka. Sementara dua kuisioner lainnya adalah kondisi psikologis dan sosial masing-masing orangtua.

Baca juga: Survei: Orang Tua Baru Hanya Bisa Tidur 5-6 Jam Tiap Malam

Selain itu, analisis para peneliti juga menunjukan bahwa anak-anak yang kerap dibohongi memiliki risiko yang lebih besar untuk menjadi “orang yang kurang diharapkan oleh masyarakat”. Karena kemungkinan memiliki sifat agresif, suka berbohong, egois, dan pembangkang.

Analisis selanjutnya, jenis kebohongan yang dikatakan orangtua sangat berpegaruh terhadap sifat dan sikap anak-anak di masa depan. Orangtua yang kerap berbohong seperti “kalau tidak mau nurut, aku akan lempar kamu ke laut” berisiko tinggi membuat anak memiliki kesulitan pemahaman di masa mendatang.

Hal ini berbeda dengan kebohongan yang biasa saja atau umum, seperti “permennya sudah habis”.

Para peneliti studi ini sepakat bahwa dibutuhkan penelitian lebih lanjut tentang sebab orangtua mengatakan kebohongan. “Termasuk kebohongan seperti apa yang harus dihindari, dan apa yang harus dilakukan oleh orangtua agar bisa mengatakan kebenaran,” tutur Setoh.

Penulis :
Lilis Varwati