
Pantau.com - Thales Alenia Space tengah mencari jalan keluar untuk mengirimkan satelit Satria-1 ke Amerika Serikat (AS). Sebab, satelit Indonesia itu semula akan diangkut pakai pesawat kargo terbesar di dunia, Antonov AN-225 yang diserang Rusia saat menginvasi Ukraina.
rnBadan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dan PT Satelit Nusantara Tiga, terus berkoordinasi dengan Thales Alenia Space terkait invasi Rusia ke Ukraina.rn
rn"Perang antara Ukraina dan Rusia itu memang dampaknya ada proyek (satelit Satria-1) ini, khususnya dengan transportasi yang rencananya membawa dari pabrikan Thales Alenia Space di Prancis ke tempat peluncuran di Amerika, karena menggunakan roket dari SpaceX," kata Direktur Utama Bakti Kominfo, Anang Latif.
rn
rn"Antonov itu pesawat dengan kapasitas besar yang biasa membawa barang-barang besar, salah satunya satelit, itu dibom informasinya. Tentunya, supply Antonov ini jadi berkurang, sehingga potensi mempengaruhi proyek ini itu ada," ucapnya menambahkan.
rn
rnDisampaikan Anang, Thales Alenia Space sedang mendalami apakah kejadian tersebut berdampak pada proyek satelit Satria-1.
rn
rn"Jadi, kami pun belum ada informasi resmi dari Thales akankah adanya potensial keterlambatan," sebutnya.
rn
rnKendati begitu, perusahaan dirgantara asal Prancis itu sedang menjajaki ketersediaan transportasi yang ada untuk membawa satelit Satria-1 dari Prancis ke Amerika Serikat.
rn
rnSejauh ini, jadwal peluncuran satelit Satria-1 masih belum berupa, rencana peluncuran dilakukan pada pertengahan 2023 dan ditargetkan dapat beroperasi pada November di tahun yang sama.
rn
rn"Sampai saat ini masih tetap sama, tetap on schedule," pungkasnya.
rn
rnSaat ini proses perakitannya satelit Satria-1 oleh Thales Alenia Space mencapai hampir 70%. Satelit Satria-1 dirakit di tiga lokasi, yaitu Toulouse, Belfast dan Cannes. Satelit internet ini terdiri dari empat tingkat dengan lokasi produksi yang berbeda untuk setiap bagiannya.
rn
rnSatelit Satria-1 akan diandalkan pemerintah dalam rangka mempercepat pembangunan infrastruktur digital Indonesia termasuk di daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T) dan Perbatasan.
rn
rnSatelit Satria-1 yang memiliki kapasitas 150 Gbps akan mendukung penyebaran akses layanan internet di 150 ribu titik lokasi layanan publik.
rn
rnSementara itu, satelit Satria-1 yang dinilai baru, rumit dan kompleks ini memungkinkan terjadi risiko, baik anomali saat peluncuran atau ketika beroperasi. Untuk itu, sebagai bentuk mitigasi, Kominfo melakukan tender Hot Backup Satellite (HBS) dan hari ini Kemitraan Nusantara Jaya jadi pemenangnya.rn
- Penulis :
- Fadyl