Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Basarnas Lampung Siagakan Kapal Penyelamat Jalur Mudik Jawa-Lampung di Selat Sunda Pasca Eskalasi Aktif Kawah Gunung Anak Krakatau Naik Level III

Oleh Desi Wahyuni
SHARE   :

Basarnas Lampung Siagakan Kapal Penyelamat Jalur Mudik Jawa-Lampung di Selat Sunda Pasca Eskalasi Aktif Kawah Gunung Anak Krakatau Naik Level III

Pantau.com - Badan SAR Nasional (Basarnas) Lampung menyiagakan kapal penyelamat di jalur mudik Selat Sunda untuk mengantisipasi bencana di laut. Kapal ini sekaligus kapal pemantau kondisi Gunung Anak Krakatau (GAK) yang kini berstatus level III (siaga). 

Hampir seluruh tubuh GAK yang berdiameter ± 2 Km merupakan kawasan rawan bencana. Basarnas Lampung Jumaril mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terkait status terkini Gunung Anak Krakatau.

"Iya kami sudah menerima surat dari PVMBG terkait kondisi dan status terkini Gunung Anak Krakatau, saat ini statusnya menjadi level III," kata Jumaril ditemui di Mako Basarnas Lampung, Senin, 25 April 2022. 

Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) menunjukan  hampir seluruh tubuh G. Krakatau yang berdiameter ± 2 Km merupakan kawasan rawan bencana.

Berdasarkan data-data visual dan instrumental potensi bahaya dari aktivitas G. Anak Krakatau  saat ini adalah lontaran material pijar dalam radius 2km dari pusat erupsi namun kemungkinan lontaran akan menjangkau jarak yang lebih jauh. Sedangkan sebaran abu vulkanik tergantung dari arah dan kecepatan angin dapat menjangkau kawasan yang lebih jauh.

Jumaril mengatakan, sebagai langkah taktis terkait status terkini Gunung Anak Krakatau itu, pihaknya langsung menyiagakan KM SAR Basudewa sebagai kapal penyelamat dan pemantau. KM SAR Basudewa ini sendiri sebenarnya sudah disiapkan Basarnas Lampung untuk antisipasi bencana kelautan pada arus mudik 2022.

"Sudah disiapkan untuk arus mudik, tetapi dengan kondisi Gunung Anak Krakatau ini, kami siagakan juga untuk antisipasi," kata Jumaril. 

Kapal sepanjang 40 meter tersebut nantinya selain bersandar di Pelabuhan Bakauheni juga akan berpatroli hingga ke Pulau Sebesi. "Kita nanti juga sandar di Pulau Sebesi untuk pengamatan situasi Gunung Anak Krakatau," kata Jumaril. 

Terkait potensi bahaya, Basarnas Lampung melarang kapal penumpang dan niaga yang melintasi Selat Sunda mendekati radius 5 kilometer Gunung Anak Krakatau. Jumaril mengatakan jalur kapal penyeberangan pemudik di Selat Sunda masih cukup jauh dari radius larangan 5 kilometer Gunung Anak Krakatau. Namun untuk antisipasi, diharapkan tidak ada yang melintasi radius larangan tersebut.

"Radius larangan 5 kilometer tidak boleh ada sama sekali yang melintas," kata Jumaril. 

Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Provinsi Lampung Rudy Sjawal Sugiarto mengatakan, aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau masih dalam periode erupsi. Berdasarkan data PVMBG, kata Rudy, perubahan erupsi yang semula dominan abu menerus menjadi tipe strombolian menghasilkan lontaran-lontaran lava pijar pada tanggal 17 April 2022. 

"Dan pada tanggal 23 April 2022 sekitar pukul 12:19 WIB teramati lava mengalir dan masuk ke laut," kata Rudy. 

Rudy menambahkan, potensi bahaya dari aktivitas Gunung Anak Krakatau saat ini adalah lontaran material pijar dalam radius 2 kilometer dari pusat erupsi.

Sebagai informasi, saat ini level status Gunung Anak Krakatau ditingkatkan dari dua ke tiga atau waspada ke siaga. Hal ini terjadi karena adanya aktivitas visual dan kegempaan yang teramati sejak beberapa hari terakhir, hingga puncaknya pada 24 April 2022 pukul 18.00 waktu setempat, status gunung resmi dinaikkan oleh Badan Geologi.

Gunung Anak Krakatau (GAK) yang berada di kawasan Selat Sunda, Provinsi Lampung, secara geografis terletak pada posisi 06o06’05” LS dan 105o 25’ 22,3” BT. Sejak kelahiran GAK pada Juni 1927 hingga saat ini, erupsi berulang kali terjadi sehingga GAK tumbuh semakin besar dan tinggi. Pasca erupsi yang terjadi  pada tanggal 22 Desember 2018 yang kemudian kolapsnya tubuh bagian barat daya dari GAK, tingginya saat ini sekitar 150 mdpl.

Penulis :
Desi Wahyuni