
Ustadz Abdul Somad (UAS) memaparkan kronologi terdamparnya dia dan rombongan di kantor imigrasi Singapura. UAS mengaku diperlakukan tidak layak dalam penahanannya tersebut karena melibatkan anak kecil, istri, mahasiswa dan sahabatnya.
Dalam wawancaranya di salah satu televisi nasional, UAS menjabarkan perjalanan pulangnya dari Singapura menuju Batam.
UAS mengatakan, beberapa hari sebelum bepergian sudah mengurus semua dari Immigration and Checkpoint Autority (ICA) dengan persyaratan yang sudah lengkap sehingga berani untuk masuk ke Singapura.
"Kami mendarat yang 1.30 WIB waktu jam tangan saya kemudian semua kami ada 7 orang sudah lewat masuk semua. Sahabat saya dengan anaknya 4 orang dan saya dengan istri dan anak saya. Saya terakhir, mereka sudah cap jempol sudah rapi semua," jelas UAS dalam sambungan telepon.
"Tiba-tiba saya ditarik lagi kedalam, lalu disuruh menunggu satu jam di ruang yang sempit 1x2 meter. Semua rombongan ditarik Kembali kedalam," ujar Uas, Selasa, 17 Mei 2022.
UAS curiga penahanan atas dirinya terkait dirinya pernah dianggap sebagai kelompok radikal. Sebelumnya 8 Desember 2021 Ustadz Abdul Somad ditangkap Tim Densus 88 Antiteror Polri karena diduga terlibat dalam kasus tindak pidana terorisme.
"Tidak ada dialog sama sekali, mereka tidak memperlakukan selayaknya. Lalu kemudian seperti lalu-lalu saja mereka ini tas siapa? Ini my wife bag, ini tas istri saya, peralatan-pralatan baby. Akhirnya mereka dipanggil juga dan semuanya dimasukkan lagi ke dalam ruangan terpisah. Saya dan istri saya terpisah," katanya.
Saat berada di dalam ruangan sempit, UAS sempat membagikan kisahnya di media sosial Instagram dengan akun @ustadzabdulsomad_official. Gayung pun bersambut dari kedutaan besar Indonesia untuk Singapura.
"Maka tadi ketika saya baca di dalam salah satu portal duta besar Indonesia untuk Singapura mengatakan itu tidak benar deportasi karena tidak dapat ijin masuk. Saya kasih tahu sudah masuk," terangnya.
Sekitar 4 jam Da'i kondang dan 6 orang ini ditahan tanpa sebab. UAS pergi dengan sahabatnya yang sama-sama membawa keluarga.
"Saya menunggu lama, setengah dua sampai setengah enam. Kami menunggu lama dengan ruangan kecil dengan ada dua anak kecil, yang 1 berumur 2 tahun yang 2 berumur 3 bulan, didalam ruangan sumpek tidak layak, setelah itu baru dipulangkan dengan kapal fery terakhir menuju Batam," paparnya.
- Penulis :
- Desi Wahyuni