
Pantau - Sampai dengan hari operasional ke-40 sejak keberangkatan pada 4 Juni 2022, total ada 36 jemaah calon haji Indonesia yang wafat.
Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Hilman Latief mengatakan, terakhir, sebanyak delapan jemaah wafat pada fase pascawukuf di Arafah, terdiri atas dua jemaah wafat di KKHI Makkah dan enam jemaah wafat di KKHI Mina.
"Jika disandingkan dengan angka kematian pada hari yang sama untuk lima tahun terakhir, saat ini adalah yang paling sedikit. Angka penurunannya sangat signifikan," ujar Hilman dalam keterangannya yang diterima Pantau.com, Senin (11/7/2022).
Berdasarkan data Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat), lanjut Hilman, pada hari ke-40 operasional haji tahun 2015 misalnya, ada 397 jemaah wafat.
Sementara pada 2016, ada 180 jemaah wafat. Tiga tahun berikutnya, angka kematian pada angka 327 (2017), 177 (2018), dan 169 (2019).
"Tahun ini, angka kematian pada 40 hari operasional, 36 jemaah," kata Hilman.
Sementara itu, Kepala Pusat Kesehatan Haji dr. Budi Sylvana, meminta agar berbagai pihak penyelenggara haji bekerja sama untuk memastikan kesehatan jemaah tetap terjaga.
Mengingat di fase critical period banyak jemaah lansia dan komorbid tumbang saat melaksanakan lontar jumroh karena kelelahan.
“Kita terutama mengharapkan kerja sama semua pihak, dari para KBIH, ketua kloter, ketua regu, dan teman-teman PPIH di lapangan agar terus mengedukasi jemaahnya untuk tidak berlebihan. Lempar jumroh bagi jemaah lansia dan memiliki komorbid untuk dibadalkan saja,” tegas Budi.
Menurut Budi, faktor kelelahan disinyalir menjadi pemicu bagi komorbid pada jemaah lansia dan memiliki komorbid, terutama pada jemaah yang memiliki penyakit jantung. Dengan dilaksanakannya badal lontar, maka kesehatan jemaah akan tetap terjaga khususnya di fase Armuzna.
“Dari kemarin sampai hari ini saja ada 6 jemaah kita yang meninggal disebabkan kelelahan dan dehidrasi yang menyebabkan penyakit jantung lebih berat.” ungkap Budi.
Mayoritas jemaah haji sakit yang mendapatkan perawatan di Pos Kesehatan Mina juga didominasi oleh faktor kelelahan dan dehidrasi.
Selain meminta kerja sama dari berbagai pihak, Budi menyatakan akan memperkuat pelayanan kesehatan di sepanjang jalur jamarat. Selain adanya Pos Kesehatan Mina dan 8 pos kesehatan satelit di jalur atas dan bawah jalur jamarat, juga akan dilakukan penambahan penugasan personel Emergency Medical Team (EMT).
Sebanyak 20 orang tim EMT mobile yang terbagi dalam lima tim akan bertugas dan terus bergerak di sepanjang terowongan mina. Tim akan dibekali dengan kursi roda, air, oralit dan perlengkapan untuk kegawatdaruratan lainnya.
Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Hilman Latief mengatakan, terakhir, sebanyak delapan jemaah wafat pada fase pascawukuf di Arafah, terdiri atas dua jemaah wafat di KKHI Makkah dan enam jemaah wafat di KKHI Mina.
"Jika disandingkan dengan angka kematian pada hari yang sama untuk lima tahun terakhir, saat ini adalah yang paling sedikit. Angka penurunannya sangat signifikan," ujar Hilman dalam keterangannya yang diterima Pantau.com, Senin (11/7/2022).
Berdasarkan data Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat), lanjut Hilman, pada hari ke-40 operasional haji tahun 2015 misalnya, ada 397 jemaah wafat.
Sementara pada 2016, ada 180 jemaah wafat. Tiga tahun berikutnya, angka kematian pada angka 327 (2017), 177 (2018), dan 169 (2019).
"Tahun ini, angka kematian pada 40 hari operasional, 36 jemaah," kata Hilman.
Sementara itu, Kepala Pusat Kesehatan Haji dr. Budi Sylvana, meminta agar berbagai pihak penyelenggara haji bekerja sama untuk memastikan kesehatan jemaah tetap terjaga.
Mengingat di fase critical period banyak jemaah lansia dan komorbid tumbang saat melaksanakan lontar jumroh karena kelelahan.
“Kita terutama mengharapkan kerja sama semua pihak, dari para KBIH, ketua kloter, ketua regu, dan teman-teman PPIH di lapangan agar terus mengedukasi jemaahnya untuk tidak berlebihan. Lempar jumroh bagi jemaah lansia dan memiliki komorbid untuk dibadalkan saja,” tegas Budi.
Menurut Budi, faktor kelelahan disinyalir menjadi pemicu bagi komorbid pada jemaah lansia dan memiliki komorbid, terutama pada jemaah yang memiliki penyakit jantung. Dengan dilaksanakannya badal lontar, maka kesehatan jemaah akan tetap terjaga khususnya di fase Armuzna.
“Dari kemarin sampai hari ini saja ada 6 jemaah kita yang meninggal disebabkan kelelahan dan dehidrasi yang menyebabkan penyakit jantung lebih berat.” ungkap Budi.
Mayoritas jemaah haji sakit yang mendapatkan perawatan di Pos Kesehatan Mina juga didominasi oleh faktor kelelahan dan dehidrasi.
Selain meminta kerja sama dari berbagai pihak, Budi menyatakan akan memperkuat pelayanan kesehatan di sepanjang jalur jamarat. Selain adanya Pos Kesehatan Mina dan 8 pos kesehatan satelit di jalur atas dan bawah jalur jamarat, juga akan dilakukan penambahan penugasan personel Emergency Medical Team (EMT).
Sebanyak 20 orang tim EMT mobile yang terbagi dalam lima tim akan bertugas dan terus bergerak di sepanjang terowongan mina. Tim akan dibekali dengan kursi roda, air, oralit dan perlengkapan untuk kegawatdaruratan lainnya.
- Penulis :
- Aries Setiawan