
Pantau - Sopir Audi A8, Sugeng (43), membantah terlibat dalam insiden tewasnya Mahasiswi FH Universitas Suryakencana (Unsur) Cianjur Selvi Amalia Nuraeni dalam kecelakaan di Jalan Raya Bandung, Kecamatan Karangtengah, Cianjur.
Sugeng mengatakan posisinya saat itu berada di paling belakang iring-iringan dengan kondisi tidak ada kendaraan lain. Namun, begitu melihat motor Selvi yang hilang keseimbangan di depannya, dia langsung mengurangi kecepatan dan berbelok ke kiri. Saat menurut Sugeng, muncul kendaraan lain.
"Di belakang saya setahu saya melihat mobil warna hitam, jenis kurang tahu. Saya mengemudi fokus ikut iring-iringan. Fokus menyetir, setahu saya itu mobil anggota, masalah itu mobil satu rombongan atau tidak saya tidak tahu, yang jelas itu mobil kepolisian, warna hitam untuk plat nomor kurang tahu," kata Sugeng kepada awak media di salah satu rumah makan di Cianjur, Jumat (27/1/2023).
Sugeng mengatakan tak mendengar suara sirene dari kendaraan yang menyalip itu.
"Kalau sirene saya tidak dengar cuman lampu strobo entah di depan atau di atas, saya fokus menyetir pak, saya ikut yang depan karena sepengetahuan ibu kan (majikan Sugeng)), saya ngikutin," ujar Sugeng.
"Awalnya saya paling belakang pak, tiba-tiba entah apa karena saya enggak hapal tempat-tempat di sini. Saya juga baru di sini tiba-tiba masuk dua kan (ke dalam) iring-iringan. Kalau di berita kan saya disebut memaksa masuk, merangsek masuk menerobos. Dengan liar lah mengemudinya, tidak pak karena saya mengikuti iringan depan," jelasnya.
Saat ditanya dari mana Sugeng mengikuti iring-iringan hingga ke tempat kejadian tewasnya korban, ia menjawab ikut iring-iringan mulai dari rumah makan Alam Sunda.
"Dari rumah makan Alam Sunda, awalnya tidak masuk rombongan, saya masih tunggal komunikasi dengan bapak, bapak masih makan. Tidak lama kemudian melintaslah kendaraan itu, karena ibu sedang komunikasi dengan bapak, saya di belakang mengikuti biar cepat mungkin ya, katanya ya sudah tapi tutup kaca," jelasnya.
Saat mengikuti iring-iringan itu, menurut Sugeng muncul kendaraan yang sebelumnya ia ceritakan. Ia melihat kemunculan kendaraan itu melalui kaca spion Audi A8 yang ia kemudikan.
"Di situlah saya ngikutin, tiba-tiba entah dimana itu muncullah yang lain di belakang saya, sepenglihatan saya ya pak karena saya lihat di spion, takut saya salah berapa jumlah di belakang saya. Sepenglihatan saya dua mungkin bisa lebih kurang tau itu karena saya fokus di mobil," tuturnya.
Sugeng mengenal pasti, mobil yang menyalip itu adalah mobil anggota (polisi). Hanya dia tidak mengetahui apakah mobil itu bagian dari rombongan iring-iringan atau bukan.
"Tiba-tiba muncul-lah mobil lain, liat dari spion itu dua mobil warna hitam memang mobil polisi dari anggota. Hanya enggak tahu dari rombongan ini atau bukan. Saya enggak tahu, plat nomor juga enggak bisa lihat jelas saya enggak tahu," ungkapnya.
Saat ditanya soal Audi A8 milik siapa, Sugeng mengatakan mobil itu milik suami bos yang saat itu bersamanya.
"Suaminya ibu, suami bos saya. Mobil (saat ini) ada di rumah, di pakai atau tidak saya enggak tahu. Saya mengikuti bukan menerobos, atau orang luar bukan, karena ada bapak di depan (masuk iring-iringan) sepengetahuan yang di depan," kata Sugeng.
Sugeng mengatakan posisinya saat itu berada di paling belakang iring-iringan dengan kondisi tidak ada kendaraan lain. Namun, begitu melihat motor Selvi yang hilang keseimbangan di depannya, dia langsung mengurangi kecepatan dan berbelok ke kiri. Saat menurut Sugeng, muncul kendaraan lain.
"Di belakang saya setahu saya melihat mobil warna hitam, jenis kurang tahu. Saya mengemudi fokus ikut iring-iringan. Fokus menyetir, setahu saya itu mobil anggota, masalah itu mobil satu rombongan atau tidak saya tidak tahu, yang jelas itu mobil kepolisian, warna hitam untuk plat nomor kurang tahu," kata Sugeng kepada awak media di salah satu rumah makan di Cianjur, Jumat (27/1/2023).
Sugeng mengatakan tak mendengar suara sirene dari kendaraan yang menyalip itu.
"Kalau sirene saya tidak dengar cuman lampu strobo entah di depan atau di atas, saya fokus menyetir pak, saya ikut yang depan karena sepengetahuan ibu kan (majikan Sugeng)), saya ngikutin," ujar Sugeng.
"Awalnya saya paling belakang pak, tiba-tiba entah apa karena saya enggak hapal tempat-tempat di sini. Saya juga baru di sini tiba-tiba masuk dua kan (ke dalam) iring-iringan. Kalau di berita kan saya disebut memaksa masuk, merangsek masuk menerobos. Dengan liar lah mengemudinya, tidak pak karena saya mengikuti iringan depan," jelasnya.
Saat ditanya dari mana Sugeng mengikuti iring-iringan hingga ke tempat kejadian tewasnya korban, ia menjawab ikut iring-iringan mulai dari rumah makan Alam Sunda.
"Dari rumah makan Alam Sunda, awalnya tidak masuk rombongan, saya masih tunggal komunikasi dengan bapak, bapak masih makan. Tidak lama kemudian melintaslah kendaraan itu, karena ibu sedang komunikasi dengan bapak, saya di belakang mengikuti biar cepat mungkin ya, katanya ya sudah tapi tutup kaca," jelasnya.
Saat mengikuti iring-iringan itu, menurut Sugeng muncul kendaraan yang sebelumnya ia ceritakan. Ia melihat kemunculan kendaraan itu melalui kaca spion Audi A8 yang ia kemudikan.
"Di situlah saya ngikutin, tiba-tiba entah dimana itu muncullah yang lain di belakang saya, sepenglihatan saya ya pak karena saya lihat di spion, takut saya salah berapa jumlah di belakang saya. Sepenglihatan saya dua mungkin bisa lebih kurang tau itu karena saya fokus di mobil," tuturnya.
Sugeng mengenal pasti, mobil yang menyalip itu adalah mobil anggota (polisi). Hanya dia tidak mengetahui apakah mobil itu bagian dari rombongan iring-iringan atau bukan.
"Tiba-tiba muncul-lah mobil lain, liat dari spion itu dua mobil warna hitam memang mobil polisi dari anggota. Hanya enggak tahu dari rombongan ini atau bukan. Saya enggak tahu, plat nomor juga enggak bisa lihat jelas saya enggak tahu," ungkapnya.
Saat ditanya soal Audi A8 milik siapa, Sugeng mengatakan mobil itu milik suami bos yang saat itu bersamanya.
"Suaminya ibu, suami bos saya. Mobil (saat ini) ada di rumah, di pakai atau tidak saya enggak tahu. Saya mengikuti bukan menerobos, atau orang luar bukan, karena ada bapak di depan (masuk iring-iringan) sepengetahuan yang di depan," kata Sugeng.
- Penulis :
- Tim Redaksi
