
Pantau - Sebuah cuitan Staf Khusus Menteri Keuangan, Yustinus Prastowo, soal negara bubar meramaikan jagat Twitter tanah air. Hal itu jika Dirjen Pajak buka-bukaan.
"Kalau mau buka-bukaan nggak usah tanggung-tanggung, minta Dirjen Pajak buka semua SPT politisi dan pejabat, periksa massal, bubar negara," bunyi cuitan tersebut, dikutip pada Jumat (14/4/2023).
Yustinus pun segera angkat bicara. Lewat Twitter-nya @prastow, dia menjelaskan bahwa pihak-pihak yang mengunggah pernyataannya itu bertindak tidak benar.
"Ini keliru dan menyesatkan! Twit saya ini tanggal 31 Maret 2014, jauh sebelum saya menjadi Stafsus Menkeu (April 2020). Dikesankan unggahan terkini dengan maksud jahat. Kok Anda @abu_waras nggak sewaras nama akun Anda ya?" tulisnya.
Ia mengatakan setiap pernyataan punya konteks. Menurutnya, melepaskan pernyataan dari konteks tentu sesat dan berbahaya.
"31 Maret 2014, saat penyampaian SPT, jelang perhelatan politik 2014. Saya gemas dengan kepatuhan pajak dan berharap isu pajak jadi diskursus politik yang baik. Lalu kalau ditarik saat ini?" ujarnya.
Dia melanjutkan sembilan tahun berlalu, sudah banyak kebijakan berubah. Ada program tax amnesty, AEoI, akses keuangan untuk kepentingan perpajakan, dan terakhir Program Pengungkapan Sukarela.
"Tentu itu konteks yang berbeda jika twit itu diunggah sekarang. Jadi ahistoris," katanya.
Yustinus menambahkan dirinya sangat menghormati kebebasan dan perbedaan pendapat. Ia pun mengajak untuk terus hidupi demokrasi dengan diskursus yang sehat.
"Baku tikam di level gagasan, tapi bukan menyesatkan dan menjatuhkan dengan cara yang tidak patut. Hormat saya buat lawan-lawan debatku," katanya lagi.
"Kalau mau buka-bukaan nggak usah tanggung-tanggung, minta Dirjen Pajak buka semua SPT politisi dan pejabat, periksa massal, bubar negara," bunyi cuitan tersebut, dikutip pada Jumat (14/4/2023).
Yustinus pun segera angkat bicara. Lewat Twitter-nya @prastow, dia menjelaskan bahwa pihak-pihak yang mengunggah pernyataannya itu bertindak tidak benar.
"Ini keliru dan menyesatkan! Twit saya ini tanggal 31 Maret 2014, jauh sebelum saya menjadi Stafsus Menkeu (April 2020). Dikesankan unggahan terkini dengan maksud jahat. Kok Anda @abu_waras nggak sewaras nama akun Anda ya?" tulisnya.
Ia mengatakan setiap pernyataan punya konteks. Menurutnya, melepaskan pernyataan dari konteks tentu sesat dan berbahaya.
"31 Maret 2014, saat penyampaian SPT, jelang perhelatan politik 2014. Saya gemas dengan kepatuhan pajak dan berharap isu pajak jadi diskursus politik yang baik. Lalu kalau ditarik saat ini?" ujarnya.
Dia melanjutkan sembilan tahun berlalu, sudah banyak kebijakan berubah. Ada program tax amnesty, AEoI, akses keuangan untuk kepentingan perpajakan, dan terakhir Program Pengungkapan Sukarela.
"Tentu itu konteks yang berbeda jika twit itu diunggah sekarang. Jadi ahistoris," katanya.
Yustinus menambahkan dirinya sangat menghormati kebebasan dan perbedaan pendapat. Ia pun mengajak untuk terus hidupi demokrasi dengan diskursus yang sehat.
"Baku tikam di level gagasan, tapi bukan menyesatkan dan menjatuhkan dengan cara yang tidak patut. Hormat saya buat lawan-lawan debatku," katanya lagi.
- Penulis :
- Syahrul Ansyari