Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Turki Kutuk Keras Pembakaran Al-Quran dalam Aksi Protes di Swedia

Oleh M Abdan Muflih
SHARE   :

Turki Kutuk Keras Pembakaran Al-Quran dalam Aksi Protes di Swedia
Pantau – Turki mengutuk insiden pembakaran kitab suci umat Islam Al-Quran dalam sebuah protes di Swedia yang dapat mengancam permohonan keanggotaan negara Nordik tersebut dalam aliansi NATO.

"Pada hari pertama Iduladha, saya mengutuk tindakan tercela terhadap kitab suci kita, Alquran, di Swedia!" kata Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan dalam cuitan Twitter-nya.

"Tidak dapat diterima untuk membiarkan tindakan anti-Islam ini dengan dalih kebebasan berekspresi. Menutup mata terhadap tindakan keji seperti itu sama saja dengan terlibat di dalamnya," imbuhnya.

Fahrettin Altun, kepala komunikasi Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pembakaran Al-Quran tersebut terjadi pada hari yang paling suci dalam Islam, yakni Iduladha.

"Kami muak dan lelah dengan dibiarkannya Islamofobia dan contoh-contoh kebencian terhadap agama kami yang terus berlanjut oleh pihak berwenang Eropa, terutama di Swedia," kata Altun.

"Mereka yang ingin menjadi sekutu kami di NATO, tidak dapat mentolerir atau membiarkan perilaku destruktif teroris Islamofobia dan xenofobia," sambungnya.

Altun mendorong pihak berwenang Swedia untuk mengambil "tindakan cepat" dan "sikap yang jelas" terhadap apa yang disebut Turki sebagai "terorisme".

"Mereka tidak bisa bersembunyi di balik alasan kebebasan berekspresi dan kebebasan berbicara," kata Altun.

"Memerangi terorisme merupakan kebutuhan paling mendasar dalam masyarakat yang beradab dan merupakan prasyarat dasar bagi setiap aliansi yang serius," tambahnya.

Aliansi ini belum membahas kontroversi terbaru, namun Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg bertemu dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Rabu dan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa kedua pemimpin tersebut setuju bahwa sudah waktunya untuk menyambut Swedia sebagai anggota penuh NATO.

Kecaman Turki muncul setelah Salwan Momika, seorang pengunjuk rasa yang berimigrasi ke Swedia dari Irak, mendapatkan izin dari polisi yang mengizinkannya untuk membakar Al-Quran tersebut.

"Risiko keamanan dan konsekuensi yang terkait dengan pembakaran Alquran tidak bersifat sedemikian rupa sehingga, menurut hukum yang berlaku saat ini, hal tersebut dapat menjadi dasar untuk menolak permohonan izin rapat umum," demikian bunyi surat izin tersebut, yang diperoleh CNN.

Namun, polisi Swedia mencatat bahwa membakar Alquran dapat "meningkatkan risiko serangan teroris" dan "memiliki konsekuensi kebijakan luar negeri."

"Buku ini harus dilarang di seluruh dunia karena bahaya yang ditimbulkannya terhadap demokrasi, etika, nilai-nilai kemanusiaan, hak asasi manusia, dan hak-hak perempuan," kata Momika kepada CNN. "Ini tidak bisa diterima di zaman sekarang."

Pada Januari, Kementerian Luar Negeri Turki mengeluarkan peringatan perjalanan bagi warganya yang berencana melakukan perjalanan ke Amerika Serikat dan Eropa menyusul protes terhadap Turki.

Para pejabat Turki mengutip protes baru-baru ini di Swedia dan negara-negara Eropa lainnya di mana para demonstran anti-Islam membakar Al-Quran.

Dalam salah satu aksi protes tersebut, ekstremis sayap kanan Rasmus Paludan, seorang politisi Denmark-Swedia yang memimpin partai politik Denmark Stram Kurs, merekam dirinya sendiri yang sedang membakar Al-Quran di depan kedutaan besar Turki.
Penulis :
M Abdan Muflih