
Pantau.com - Elektabilitas paslon Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno menjadi fluktuatif setelah adanya sidang Ijtima Ulama kedua. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, kenaikan serta penuturan elektabilitas itu terjadi pada beberapa basis.
"Setelah Ijtima ulama Jilid Dua dukungan untuk Prabowo-Sandi naik di segmen alumni 212 dan segmen yang ingin Indonesia seperti negara Timur Tengah. Namun turun di segmen Nahdlatul Ulama dan segmen yang ingin Indonesia khas Pancasila," ungkap peneliti LSI Denny JA, Ardian Sopa saat konferensi pers di kantor LSI, Jl. Pramuka, Jakarta Timur, Kamis, 27 September 2018.
Baca juga: Sah! Prabowo Subianto Tandatangani Pakta Integritas Ijtima Ulama II, Ini Poinnya
Ardian menjelaskan pada Agustus 2018 dukungan alumni 212 kepada paslon Prabowo-Sandi sebelumnya hanya 61,1 persen saat ini menjadi 75 persen. Meski begitu, ia menambahkan base pemilih dari alumni 212 pada Pilpres 2019 hanya 3,7 persen.
Sementara dari segmen masyarakat yang menginginkan Indonesia seperti Negara Timur Tengah, peningkatan dukungan terhadap Prabowo-Sandi cukup signifikan. Yakni dari sebelumnya 38,8 persen menjadi 50 persen.
Ardian menambahkan, penurunan dukungan dari NU terhadap paslon Prabowo-Sandi dari sebelumnya 27 persen menjadi 26,1 persen.
"Dukungan NU terhadap Prabowo-Sandi menurun dan base NU sangat besar yakni 43,9 persen," tambahnya.
Baca juga: Survei LSI Denny JA: Ketat di Sumatera, Jokowi-Ma'ruf Ungguli Prabowo-Sandi di 5 Pulau Lain
Ardian menjelaskan, meski pada sidang kedua Ijtima Ulama pada pertengahan September lalu telah memutuskan mendukung paslon oposisi, hal itu belum mampu mendongkrak jumlah pendukung Prabowo-Sandi. Menurut Ardian, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan keputusan Ijtima Ulama tidak terlalu berpengaruh.
"Pertama, beragamnya pemilih muslim. Ada yang suka dan ikut mendukung Prabowo tapi ada juga yang justru pergi dari Prabowo. Kedua akibat peristiwa Ijtima ulama dua, pemilih minoritas justru secara signifikan beralih mendukung Jokowi," jelasnya.
"Terakhir ada pula counter dari Ittifaqul ulama yang mendukung Ma'ruf Amin. Mereka bahkan berasal dari kalangan pesantren dengan umat yang lebih besar," tambah Ardian.
- Penulis :
- Sigit Rilo Pambudi