
Pantau - Pemerintah Indonesia akan mengirim delegasi tingkat tinggi ke Amerika Serikat pada 16–23 April 2025 untuk melakukan negosiasi terkait tarif resiprokal sebesar 32% yang dikenakan oleh AS terhadap produk Indonesia.
Delegasi tersebut dipimpin langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, bersama sejumlah menteri dan pejabat tinggi yang ditunjuk langsung oleh Presiden Prabowo Subianto.
Dalam konferensi pers, Airlangga menjelaskan bahwa delegasi akan bertemu dengan berbagai pejabat penting AS, seperti Kantor Perwakilan Dagang AS (USTR), Menteri Perdagangan, Menteri Luar Negeri, dan Menteri Keuangan AS.
Sebelum keberangkatan, pemerintah telah menggelar rapat koordinasi teknis terbatas untuk menentukan posisi Indonesia dalam negosiasi.
Menteri Luar Negeri Sugiono menjadi pejabat pertama yang diberangkatkan, disusul oleh Airlangga, Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional Mari Elka Pangestu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono, dan Wakil Menteri Luar Negeri Arrmanatha Nasir.
Airlangga menyebut bahwa Indonesia menjadi salah satu negara pertama yang mendapat undangan resmi untuk melakukan negosiasi di Washington DC.
Strategi Tawar Indonesia: Beli Produk AS dan Investasi Nasional di Amerika
Pemerintah telah menyiapkan dokumen non-paper yang mencakup berbagai isu seperti tarif dagang, hambatan non-tarif, isu investasi, hingga kerja sama di luar sektor perdagangan.
Untuk merayu Pemerintah AS, Airlangga menyebutkan dua strategi utama yang akan digunakan dalam negosiasi.
Strategi pertama adalah rencana pembelian produk dari Amerika Serikat senilai US$ 18–19 miliar, guna mengurangi defisit perdagangan antara kedua negara.
"Rencana Indonesia untuk mengkompensasikan delta daripada ekspor dan impor yang besarannya US$ 18-19 miliar. Oleh karena itu, secara teknis sudah dipersiapkan komoditasnya," jelas Airlangga.
"Indonesia akan beli barang dari AS sesuai dengan kebutuhan Indonesia," tambahnya.
Strategi kedua adalah mendorong investasi perusahaan Indonesia di Amerika Serikat sebagai bentuk kerja sama dua arah.
"Secara teknis Indonesia juga akan ada selain mengundang investasi Amerika di Indonesia, Indonesia juga akan ada perusahaan yang investasi di Amerika," ungkap Airlangga.
Namun, ia belum dapat membeberkan nama perusahaan maupun sektor yang dimaksud karena masih menunggu hasil akhir negosiasi.
"Seluruhnya tentu tergantung daripada pembicaraan nanti. Nah itu (komoditas dan perusahaan) nanti diumumkannya di sana (AS)," pungkasnya.
Misi ini diharapkan mampu menurunkan beban tarif dan sekaligus mempererat hubungan ekonomi bilateral antara Indonesia dan Amerika Serikat.
- Penulis :
- Pantau Community