Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

BI Diminta Tambah "Dosis" Stabilisasi di Tengah Tekanan Global

Oleh Arian Mesa
SHARE   :

BI Diminta Tambah "Dosis" Stabilisasi di Tengah Tekanan Global
Foto: Stabilitas ekonomi dinilai lebih penting dibandingkan sekadar mengejar pertumbuhan dalam situasi global yang penuh ketidakpastian.

Pantau - Direktur Pengembangan Big Data Indef, Eko Listiyanto, menilai kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) saat ini perlu diarahkan untuk menambah "dosis" stabilisasi guna menghadapi situasi global yang tidak menentu.

Menurut Eko, pendekatan moneter yang diambil sebaiknya tidak hanya fokus pada mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi juga memperkuat aspek stabilitas.

Ia menekankan pentingnya menyeimbangkan antara pendekatan "pro-growth" dan "pro-stability".

Dalam kondisi seperti saat ini, menurutnya, kebijakan yang mengarah pada stabilisasi ekonomi lebih dibutuhkan daripada sekadar mengejar pertumbuhan.

Eko menjelaskan bahwa meskipun dukungan terhadap pertumbuhan tetap penting, stabilitas adalah syarat utama agar pertumbuhan ekonomi bisa tercapai secara berkelanjutan.

Rupiah Rentan dan Perlu Pengelolaan Ekstra Hati-Hati

Eko menyoroti bahwa perang dagang yang dipicu oleh kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump telah berdampak besar pada nilai tukar rupiah.

Depresiasi rupiah terhadap dolar AS terjadi cukup dalam jika dibandingkan dengan negara lain seperti China, India, Malaysia, Thailand, dan Singapura.

Hal ini menunjukkan bahwa rupiah cenderung lebih rentan terhadap gejolak eksternal.

Ia juga mengingatkan bahwa dinamika global kemungkinan akan berubah lagi setelah pemberlakuan resmi tarif Trump usai masa penundaan selama 90 hari.

Karena itu, pengelolaan nilai tukar ke depan harus dilakukan dengan ekstra hati-hati.

Target Ekonomi Harus Realistis, Perlu Perkuat Kerja Sama Regional

Eko juga mengingatkan bahwa target-target pembangunan ekonomi pemerintah perlu disusun secara realistis agar tetap kredibel di mata pasar.

Jika pemerintah ingin membuat kebijakan yang melibatkan sektor keuangan, khususnya melalui Himbara, maka program yang dijalankan harus cukup kuat dan diterima oleh pasar.

"Sehingga, itu yang akan membantu persepsi bahwa pemerintah punya respons yang tepat terhadap situasi ketidakpastian yang meningkat ini, dan harapannya dari situ confidence muncul," ujar Eko.

Di tengah ketidakpastian global yang masih berlangsung, ia menyarankan agar pemerintah mengoptimalkan kerja sama perdagangan regional.

Langkah ini dianggap penting untuk mengurangi ketergantungan terhadap kebijakan Amerika Serikat yang cenderung penuh ketidakpastian.

Kerja sama perdagangan dengan negara-negara seperti ASEAN dan BRICS dinilai perlu diperkuat.

"Kerja sama-kerja sama ini kan Indonesia banyak sekali membangun kerja sama ekonomi, tapi dalam konteks optimalisasi kadang-kadang tidak dilihat. Dan, ini mungkin saatnya untuk dilihat itu," pungkas Eko.

Penulis :
Arian Mesa