
Pantau - Rencana kremasi mendiang Murdaya Widyawimarta Poo atau Murdaya Poo di Dusun Ngaran, Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, menuai penolakan dari sebagian warga setempat.
Penolakan tersebut diwujudkan dalam bentuk spanduk-spanduk yang terpasang di perempatan Ngaran dan jalan menuju area persawahan yang direncanakan sebagai lokasi kremasi.
Utoyo, salah satu tokoh warga Ngaran II, mengaku tidak mengetahui kapan spanduk-spanduk tersebut mulai dipasang.
Saat ditanya soal alternatif lokasi seperti Bukit Dagi di kawasan Candi Borobudur, Utoyo menyatakan bahwa kawasan tersebut telah diatur undang-undang hanya untuk kegiatan pariwisata dan keagamaan.
"Bahwa lingkungan di Candi Borobudur kan peruntukannya sudah jelas (ada UU-nya) untuk kegiatan pariwisata dan keagamaan. Kalau kremasi itu dari kegiatan keagamaan ya boleh tentunya", ungkapnya.
Mediasi Belum Temui Titik Temu, Walubi Tegaskan Lahan Milik Keluarga
Camat Borobudur, Subiyanto, menyayangkan adanya pemasangan spanduk penolakan dan telah meminta pihak dusun untuk mencopotnya.
"Karena kita berproses. Dari awal kita sudah ada kesepakatan dengan Pak Bupati nggowo rasa (membawa perasaan) dan karena sifat itu (spanduk) tidak nggowo rasa. Sudah kita sampaikan lewat Pak Kadus, nderek (minta tolong) jangan ada sikap-sikap yang berbuat semacam itu (memasang spanduk). Yang jelas, ana rembuk dirembuk", ujar Subiyanto.
Pemerintah Kabupaten Magelang telah menggelar mediasi bertajuk “Rapat Koordinasi Pimpinan Daerah Dalam Rangka Deteksi Dini dan Cegah Dini Potensi Konflik Sosial di Masyarakat” pada Rabu, 16 April 2025 di Kompleks Setda.
Namun, pertemuan yang dihadiri Bupati Magelang Grengseng Pamuji, Wakil Bupati, Ketua DPRD, Komandan Kodim, Polresta, dan Kejari Magelang tersebut belum menghasilkan kesepakatan final.
Kepala Dusun Ngaran 1 dan Ngaran 2, Maryoto, menegaskan bahwa keberatan warga didasarkan pada anggapan bahwa kremasi ini bersifat pribadi, bukan kolektif umat.
"Alasan menolak, satu kalau kita toleransi kan umatnya banyak. Kalau Walubi, kita menghormati mereka, tapi ini kan niatannya personal, orang, pribadi. Bukan umat banyak. Kenapa sih kok harus mengorbankan orang yang banyak", ujarnya.
Menanggapi hal ini, Ketua DPD Walubi Jawa Tengah, Tanto Soegito Harsono, menegaskan bahwa lokasi kremasi berada di lahan pribadi milik Hartati Murdaya, istri almarhum Murdaya Poo.
"Perlu (kami) jelaskan rencana kremasi itu adalah di Dusun Ngaran 2 di lahan milik Ibu (Hartati Murdaya). Itu di belakang Vihara, di sawah-sawah. Dan kita tidak pernah berencana untuk membangun krematorium. Kita hanya melaksanakan kremasi", jelasnya.
- Penulis :
- Peter Parinding