
Pantau - Dewan Pakar BPIP Bidang Strategi Hubungan Luar Negeri Darmansjah Djumala menyatakan bahwa Bandung Spirit dalam Dasasila Bandung merupakan legacy Indonesia dalam membangun norma hubungan politik antarbangsa.
Peran KAA dan Relevansinya hingga Kini
Pernyataan tersebut disampaikan Djumala dalam acara "Konferensi Asia Afrika (KAA): Peran Indonesia Membangun Perdamaian Dunia dengan Ideologi Pancasila" yang diselenggarakan BPIP untuk memperingati 70 tahun KAA.
Indonesia tercatat dalam sejarah sebagai penggagas dan tuan rumah Konferensi Asia Afrika di Bandung pada April 1955.
Saat itu, Indonesia berinisiatif menghimpun persatuan negara-negara baru merdeka dan yang masih terjajah di Asia dan Afrika, di tengah situasi dunia yang masih diliputi rivalitas Perang Dingin antara Blok Barat yang berhaluan Liberal-Kapitalis dan Blok Timur berideologi Sosialis-Komunis.
KAA menghasilkan prinsip dasar hubungan internasional, yakni menghormati kedaulatan negara, non-intervention dalam urusan dalam negeri, dan menciptakan perdamaian dunia.
Keterkaitan dengan Pancasila dan Gerakan Non Blok
Tiga prinsip dasar yang dihasilkan KAA tersebut sejalan dengan nilai-nilai Pancasila, yaitu kemanusiaan, persatuan, dan keadilan sosial.
Prinsip-prinsip ini kemudian menjadi dasar pembentukan Gerakan Non Blok oleh lima pemimpin negara berkembang: Josip Broz Tito, Jawaharlal Nehru, Gamal Abdel Nasser, Sukarno, dan Kwame Nkrumah.
Legacy Indonesia melalui KAA telah menginspirasi setidaknya 25 negara di Asia dan Afrika untuk merdeka dari penjajahan.
Nilai dan norma dalam Dasasila Bandung tetap relevan hingga saat ini, terutama dalam prinsip kemerdekaan, kemandirian, non-intervention, dan perdamaian.
Acara yang diselenggarakan BPIP ini dilakukan secara daring dan diikuti lebih dari 500 peserta, termasuk staf Kesbangpol Pemda serta alumni Paskibraka dari seluruh Indonesia.
- Penulis :
- Gian Barani