
Pantau - Pemerintah Provinsi Maluku resmi mencanangkan gerakan sekolah menanam cabai sebagai upaya edukatif dan ekonomis, yang diluncurkan di SMK Negeri Pertanian Pembangunan.
Gubernur Maluku, Hendrik Lewerissa, menyatakan bahwa gerakan ini bertujuan memberikan edukasi kepada siswa mengenai pentingnya kemandirian pangan.
Menurutnya, cabai merupakan salah satu komoditas penyumbang inflasi, sehingga penanaman di sekolah dianggap sebagai langkah kecil yang berdampak besar.
Lewerissa menambahkan bahwa banyak lahan produktif di Maluku belum dimanfaatkan secara optimal.
"Melalui kegiatan ini, sekolah diharapkan bisa menjadi contoh bagi masyarakat," ujarnya.
Ia juga mengimbau masyarakat untuk menanam cabai di halaman rumah masing-masing.
Bagi warga yang tidak memiliki lahan luas, gubernur menyarankan penanaman cabai di pot-pot bunga.
Cara ini dinilai lebih produktif dan mudah dilakukan.
Edukasi dan Koordinasi Lintas Wilayah
Gerakan ini diharapkan bisa menumbuhkan kesadaran siswa bahwa lahan produktif dapat dimanfaatkan untuk pertanian sederhana.
Cabai dinilai sebagai tanaman yang mudah dibudidayakan dengan usia tanam yang pendek dan nilai jual yang tinggi.
Gubernur menyampaikan harapannya agar SMA, SMK, dan SLB di bawah naungan Pemprov Maluku dapat menindaklanjuti program ini secara konkret.
Pemprov Maluku juga akan melakukan monitoring pelaksanaan gerakan di sekolah-sekolah.
Selain itu, koordinasi dengan pemerintah kabupaten dan kota akan dilakukan agar program ini dapat diterapkan secara luas.
Tujuan akhirnya adalah menjadikan gerakan menanam cabai sebagai budaya umum di seluruh Maluku.
Saat ini, harga cabai merah harian di pasar modern Maluku tercatat sebesar Rp122 ribu per kilogram.
Harga tertinggi tercatat pada Maret 2024 dengan kenaikan 81,58 persen, sementara penurunan harga terbesar terjadi pada Agustus 2021 sebesar 48,28 persen.
Gerakan ini diharapkan menjadi salah satu solusi untuk mengendalikan lonjakan harga cabai di pasaran.
- Penulis :
- Arian Mesa