
Pantau - Baja menjadi komponen vital dalam pengembangan alat utama sistem senjata (alutsista) seperti rudal, jet tempur, kapal selam, helikopter, dan amunisi. Pelat baja secara khusus digunakan pada badan dan sistem propulsi armada laut, menjadikannya elemen penting dalam strategi pertahanan negara.
Dengan posisi Indonesia sebagai negara kepulauan, kebutuhan akan sistem senjata yang tangguh otomatis menuntut industri baja dalam negeri yang kuat dan mandiri.
Krakatau Steel: Penopang Industri Baja dan Mitra Pertahanan
PT Krakatau Steel Tbk menempati peringkat ke-15 dunia dalam produksi baja dan ke-4 dalam ekspor global. Perusahaan ini menjadi tulang punggung industri baja nasional, memasok material penting untuk PT PAL (pembuatan kapal perang) dan PT Pindad (pembuatan panser dan kendaraan militer lainnya).
Direktur Utama Krakatau Steel, Akbar Djohan, menegaskan komitmen perusahaan untuk memperkuat pertahanan nasional melalui kolaborasi strategis dengan sektor militer.
Ia menyatakan bahwa “kekuatan negara ditentukan oleh kemandirian industrinya”, dengan baja sebagai pondasi utama baik untuk pembangunan fisik maupun pertahanan.
Baja, Material Strategis Penopang Infrastruktur dan Militer
Baja memiliki karakteristik unggul dibanding plastik: mudah dibentuk, tahan benturan, dan dapat diadaptasi untuk berbagai kebutuhan, mulai dari gedung dan jembatan, hingga bandara, pelabuhan, dan sarana militer.
Produk baja meliputi baja panjang, pipa karbon, kawat, hingga baja teknologi tinggi yang tahan panas, korosi, dan abrasi — sangat penting di sektor dirgantara dan industri kimia.
Ketergantungan pada impor baja dinilai berisiko tinggi bagi pertahanan karena suplai dari luar negeri tidak selalu bisa diandalkan, terutama di masa krisis atau konflik.
Peran Strategis Baja dalam Ekonomi dan Pertahanan
Industri logam, termasuk baja, menyumbang 5,9% terhadap PDB sektor nonmigas — tertinggi di antara industri lainnya.
Pertumbuhan kebutuhan baja nasional diprediksi mencapai 5,5% pada 2025, didorong oleh:
- Konstruksi: 5,48%
- Manufaktur: 6,4%
- Otomotif: 17%
Infrastruktur: belanja pemerintah Rp400 triliun
Untuk menjaga daya saing, distribusi baja ke sektor infrastruktur pertahanan harus ditopang oleh efisiensi, teknologi tinggi, dan ekosistem industri yang inovatif.
Kolaborasi antara industri baja dan sektor pertahanan menjadi bagian dari strategi hilirisasi nasional — yang mendorong nilai tambah dan kemandirian teknologi dalam negeri.
- Penulis :
- Balian Godfrey
- Editor :
- Ricky Setiawan