
Pantau - Sebanyak 14 rumah sakit di Bali resmi membentuk sistem jaringan penanganan stroke bernama Bali Stroke Care untuk mengintegrasikan layanan medis dan mempercepat respons terhadap kasus stroke yang menjadi penyakit penyebab kematian tertinggi kedua di Bali setelah penyakit jantung.
Rumah sakit yang tergabung antara lain RSUP Prof Ngoerah, RSUD Bali Mandara, RSUD Wangaya, hingga RS Universitas Udayana dan RS Angkatan Darat.
Direktur Utama RSUP Prof Ngoerah, I Wayan Sudana, menyampaikan bahwa selama ini penanganan stroke dilakukan secara terpisah dan belum memiliki sistem terpadu antar rumah sakit.
Sistem Rujukan Terstruktur Berdasarkan Kapasitas RS, RSUP Prof Ngoerah Jadi Rumah Sakit Rujukan Paripurna
Berdasarkan data Global Analysis Study 2019, jumlah kasus stroke di Bali mencapai 11.036 orang, dengan 15 persen berisiko meninggal dan 65 persen berpotensi mengalami kecacatan.
Melalui sistem ini, rumah sakit akan diklasifikasi berdasarkan kemampuan mereka dalam menangani stroke, mulai dari fasilitas dasar seperti CT scan dan terapi penghancur bekuan darah hingga tindakan lanjutan seperti kateterisasi.
Direktur Pelayanan Medik RSUP Prof Ngoerah, Affan Priyambodo, menjelaskan bahwa rumah sakit dengan kapabilitas lebih tinggi akan menjadi rujukan bagi kasus yang lebih kompleks.
Dalam sistem ini, RSUP Prof Ngoerah ditetapkan sebagai rumah sakit tingkat paripurna, sementara RSUD Bali Mandara dan RSUD Buleleng berstatus sebagai rumah sakit tingkat utama.
Selain kolaborasi layanan, Bali Stroke Care juga akan dilengkapi sistem digital yang memetakan peran dan kesiapan tiap rumah sakit dalam menerima rujukan stroke secara cepat dan tepat.
Tujuannya adalah menciptakan layanan stroke yang lebih cepat, terintegrasi, dan merata di seluruh wilayah Bali, dengan rujukan berbasis kapabilitas rumah sakit yang efisien.
- Penulis :
- Gian Barani