Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

BTN Restrukturisasi Jaringan Kantor, Fokus pada Efisiensi dan Ekspansi Digital

Oleh Arian Mesa
SHARE   :

BTN Restrukturisasi Jaringan Kantor, Fokus pada Efisiensi dan Ekspansi Digital

Pantau - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) terus melakukan penataan jaringan kantor sebagai bagian dari strategi transformasi operasional dan ekspansi bisnis.

Direktur Utama BTN, Nixon LP Napitupulu, menyatakan bahwa penyesuaian jaringan kantor bukan hanya upaya efisiensi, tetapi merupakan bagian dari strategi jangka panjang untuk memastikan jaringan BTN tetap relevan, produktif, dan dekat dengan kebutuhan masyarakat.

"Penyesuaian ini bukan sekadar efisiensi, tetapi bagian dari strategi jangka panjang kami agar jaringan BTN lebih relevan, produktif, dan dekat dengan kebutuhan masyarakat. Di saat kami melakukan pengalihan fungsi sejumlah outlet, kami juga memperluas jangkauan melalui pembukaan outlet-outlet baru di titik-titik strategis," ujar Nixon.

Langkah ini sejalan dengan Rencana Bisnis Bank (RBB) BTN untuk periode 2025–2027, yang menitikberatkan pada efisiensi distribusi layanan, perluasan akses keuangan, dan penguatan peran jaringan kantor dalam mendukung pertumbuhan bisnis ritel dan UMKM.

Pengalihan Fungsi KCP dan Perluasan Jaringan Digital

Pada 14 Mei 2025 mendatang, BTN akan mengalihkan fungsi layanan dari tujuh kantor cabang pembantu (KCP) ke kantor cabang utama, berdasarkan hasil evaluasi produktivitas dan efektivitas jaringan.

Berikut rincian pengalihan:

  • KCP Pulo Brayan (Medan) ke Kantor Cabang Medan
  • KCP Jalan Paus (Pekanbaru) ke KCP Arengka
  • KCP Ahmad Yani (Pekanbaru) ke KCP Riau
  • KCP Baros (Cimahi) ke Kantor Cabang Cimahi
  • KCP Gubeng (Surabaya) ke Kantor Cabang Surabaya
  • KCP Lakar Santri (Surabaya) ke KCP Babatan Wiyung

BTN memastikan bahwa seluruh proses pengalihan telah dipersiapkan dengan matang, termasuk migrasi sistem dan pemindahan personel, agar layanan kepada nasabah tetap nyaman, cepat, dan aman.

Sebagai bagian dari strategi pengembangan jaringan nasional tahun 2025, BTN menargetkan pembukaan 27 outlet baru, termasuk 10 BTN Digital Store. Selain itu, 13 outlet eksisting akan diubah menjadi BTN Digital Store.

Pada tahun yang sama, 11 outlet lainnya akan dialihkan fungsinya secara bertahap, dengan enam dialihkan pada semester I dan lima pada semester II.

Langkah ini menandakan bahwa jumlah pembukaan outlet baru lebih besar dibanding jumlah yang dialihkan, mencerminkan ekspansi strategis BTN.

Pendekatan Strategis Berbasis Produktivitas dan Kolaborasi

Fokus pengembangan jaringan kantor BTN adalah untuk meningkatkan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK), penjualan produk ritel, dan kredit UMKM.

Penyesuaian jaringan dilakukan berdasarkan regulasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), analisis potensi wilayah, dan penguatan penetrasi segmen emerging affluent.

BTN juga menjalin sinergi dengan Kantor Pos dan memperluas jaringan Agen Bale sebagai bentuk layanan laku pandai BTN di daerah-daerah yang belum terjangkau kantor fisik.

Strategi pengembangan jaringan didasarkan pada pendekatan Branch Productivity dengan enam indikator utama: posisi CASA dan deposito ritel, realisasi kredit konsumer dan SME, jumlah rekening aktif, fee-based income, volume transaksi, dan kontribusi laba.

"Hasil evaluasi tersebut menjadi dasar pengambilan keputusan untuk pengembangan, relokasi, peningkatan status, maupun pengalihan fungsi outlet," kata Nixon.

Untuk mendukung pelaksanaan strategi tersebut hingga triwulan I-2025, BTN mengimplementasikan berbagai inisiatif operasional seperti sistem antrean digital, program Sales and Service Award (SSA), pengukuran service quality index, dan program Productivity Booster.

Selain itu, BTN juga mengoptimalkan penerapan metodologi 4 Disciplines of Execution (4DX) untuk memastikan eksekusi strategi berjalan fokus dan disiplin.

"Dengan fondasi jaringan yang lebih sehat dan terarah, kami optimistis BTN dapat terus tumbuh berkelanjutan dan memberikan nilai tambah bagi seluruh nasabah dan pemangku kepentingan," tutur Nixon.

Penulis :
Arian Mesa