Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

BNI Perkuat Likuiditas dengan Strategi Dana Murah dan Inovasi Digital

Oleh Arian Mesa
SHARE   :

BNI Perkuat Likuiditas dengan Strategi Dana Murah dan Inovasi Digital
Foto: Foto ilustrasi PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI (sumber; BNI)

Pantau - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) memanfaatkan penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) untuk memperkuat posisi likuiditasnya di tengah persaingan pasar yang kompetitif.

Sejak September 2024, BI telah menurunkan suku bunga acuannya sebesar 75 basis poin dari 6,25 persen menjadi 5,50 persen.

Penurunan suku bunga ini berdampak pada meningkatnya likuiditas pasar yang memberikan peluang bagi perbankan, termasuk BNI, untuk mengamankan sumber pendanaan.

BNI mengambil langkah strategis dengan fokus pada penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) berkelanjutan dari segmen ritel.

"Strategi ini sejalan dengan rencana bank dalam penghimpunan DPK melalui peluncuran aplikasi wondr dan BNI Direct yang kami hadirkan untuk mendorong dana murah berbasis transaksi."

Inovasi digital tersebut diharapkan dapat memperkuat posisi likuiditas BNI dalam jangka panjang melalui efisiensi dan kemudahan layanan perbankan.

Diversifikasi Sumber Pendanaan dan Pertumbuhan Dana Murah

Selain mengandalkan DPK, BNI juga memperkuat pendanaan dari sumber non-DPK.

"BNI dapat meningkatkan likuiditas yang bersumber dari pendanaan non-DPK yang bersifat jangka panjang sesuai dengan Rencana Bisnis Bank (RBB)."

Efisiensi struktur biaya pendanaan tetap menjadi prioritas utama BNI di tengah dinamika pasar yang terus berubah.

BNI juga secara aktif melakukan evaluasi terhadap komposisi portofolio aset untuk memastikan optimalisasi pengelolaan aset.

"Namun demikian, ini tidak serta merta mengubah strategi pembiayaan dan kredit di BNI."

Melalui strategi tersebut, BNI mendorong pertumbuhan aset yang berkelanjutan sambil tetap menjaga kualitas kredit.

Pada kuartal I-2025, BNI mencatat pertumbuhan DPK sebesar 5 persen secara tahunan (yoy) menjadi Rp819,6 triliun.

Pertumbuhan tertinggi berasal dari penghimpunan dana murah (Current Account Saving Account/CASA) yang meningkat 6,3 persen.

Produk tabungan tumbuh solid sebesar 10,2 persen menjadi Rp257,8 triliun, sementara giro meningkat 3,4 persen menjadi Rp320 triliun.

Digitalisasi melalui aplikasi wondr by BNI dan BNIdirect memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan CASA.

Rasio dana murah terhadap total DPK meningkat menjadi 70,5 persen, merupakan yang tertinggi dalam empat kuartal terakhir.

Penulis :
Arian Mesa